Lensa69

Gairah Ibu Pemilik Kost Yang Kesepian

Gairah Ibu Pemilik Kost Yang Kesepian 1

Iwan, seorang bujangan berumur 28 tahun yang saat ini sedang kebingungan. Pasalnya, panggilan pekerjaan dari sebuah perusahaan dimana dia melamar begitu mendadak. Dia bingung bagaimana harus mencari tempat tinggal secepat ini. Perusahaan dimana dia melamar terletak di luar kota, jangka waktu panggilan itu selama empat hari, dimana dia harus melakukan tes wawancara.

Akhirnya dia memaksa berangkat besoknya, dengan tujuan penginapanlah dimana dia harus tinggal. Dengan bekal yang cukup malah berlebih mungkin, sampailah dia di penginapan dimana perusahaan yang dia lamar terletak di kota itu juga.

Sudah 2 hari ini dia tinggal di penginapan itu, selama ini dia sudah mepersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan guna kelancaran dalam tes wawancara nanti. Sampai pada akhirnya, dia membaca di surat kabar, bahwa disitu tertulis menerima kos-kosan atau tempat tinggal yang permanen. Kemudian dengan bergegas dia mendatangi alamat tersebut. Sampai pada akhirnya, sampailah dia di depan pintu rumah yang dimaksud itu.

Perlahan Iwan mengetuk pintu, tidak lama kemudian terdengar suara kunci terbuka diikuti dengan seorang wanita tua yang muncul.

“Iya, ada perlu apa, Pak..?”

“Oh, begini.., tadi saya membaca surat kabar, disitu tertulis bahwa di rumah ini menyediakan kamar untuk tempat tinggal.” sahut Iwan seketika.

“Oh, ya, memang benar, silakan masuk Pak, biar saya memanggil nyonya dulu,” wanita tua itu mempersilakan Iwan masuk.

“Hm.., baik, terima kasih.”

Sejenak kemudian Iwan sudah duduk di kursi ruang tamu.

Terlihat sekali keadaan ruang tamu yang sejuk dan asri. Iwan memperhatikan sambil melamun. Tiba-tiba Iwan dikejutkan oleh suara wanita yang masuk ke ruang tamu.

“Selamat siang, ada yang perlu saya bantu..?”

Terhenyak Iwan dibuatnya, di depan dia sekarang berdiri seorang wanita yang boleh dikatakan belum terlalu tua, umurnya sekitar 40 tahunan, cantik, anggun dan berwibawa.

“Oh.., eh.. selamat siang,” Iwan tergagap kemudian dia melanjutkan, “Begini Bu..”

“Panggil saya Bu Mira..,” tukas wanita itu menyahut.

“Hm.., o ya, Bu Mira, tadi saya membaca surat kabar yang tertulis bahwa disini ada kamar untuk disewakan.”

“Oh, ya. Hm.., siapa nama anda..?”

“Iwan Bu,” sahut Iwan seketika.

“Memang benar disini ada kamar disewakan, perlu diketahui oleh Nak Iwan bahwa di rumah ini hanya ada tiga orang, yaitu, saya, anak saya yang masih SMA dan pembantu wanita yang tadi bicara sama Nak Iwan, kami memang menyediakan satu kamar kosong untuk disewakan, selain agar kamar itu tidak kotor juga rumah ini biar tambah ramai penghuninya.” dengan singkat Bu Mira menjelaskan semuanya.

“Hm, suami Ibu..?” tanya Iwan singkat.

“Oh ya, saya dan suami saya sudah bercerai satu tahun yang lalu,” jawab Bu Mira singkat.

“Ooo, begitu ya, untuk masalah biayanya, berapa sewanya..?” tanya Iwan kemudian.

“Hm, begini, Nak Iwan mau mengambil berapa bulan, biaya sewa sebulannya tujuh ratus ribu rupiah,” jawab Bu Mira menerangkan.

“Baiklah Bu Mira, saya akan mengambil sewa untuk enam bulan,” kata Iwan.

“Oke, tunggu sebentar, Ibu akan mengambil kuitansinya.”

Akhirnya setelah mengemasi barang-barang di penginapan, tinggallah Iwan disitu dengan Bu Mira, Ida anak Bu Mira dan Bik Sumi pembantu Bu Mira.

Sudah satu bulan ini Iwan tinggal sambil menunggu panggilan selanjutnya. Dan sudah satu bulan ini pula Iwan punya keinginan yang aneh terhadap Bu Mira. Wanita yang anggun, cantik dan berwibawa yang cukup lama hidup sendirian.

Iwan tidak dapat membayangkan bagaimana mungkin wanita yang masih kelihatan muda dari segi fisiknya itu dapat betah hidup sendirian. Bagaimana Bu Mira menyalurkan hasrat seksualnya. Ingin sekali Iwan bercinta dengan Bu Mira. Apalagi sering Iwan melihat Bu Mira memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh Bu Mira yang masih kelihatan kencang dan indah. Ingin sekali Iwan menyentuhnya.

“Aku harus bisa mendapatkannya..!” gumam Iwan suatu saat.

“Saya harus mencari cara,” gumamnya lagi.

Sampai pada suatu saat kemudian, yaitu pada saat malam Minggu, rumah kelihatan sepi, maklum saja, Ida anak Bu Mira tidur di tempat neneknya, Bik Sumi balik ke kampung selama dua hari, katanya ada anaknya yang sakit. Tinggallah Iwan dan Bu Mira sendirian di rumah.

Tapi Iwan sudah mempersiapkan cara bagaimana melampiaskan hasratnya terhadap Bu Mira. Lama Iwan di kamar, jam menunjukkan pukul delapan malam, dia melihat Bu Mira menonton TV di ruang tengah sendirian. Akhirnya setelah mantap, Iwan pun keluar dari kamarnya menuju ke ruang tengah.

“Selamat malam, Bu, boleh saya temani..?” sejenak Iwan berbasa-basi.

“Oh, silakan Nak Iwan..,” mempersilakan Bu Mira kepada Iwan.

“Ngomong-ngomong, tidak keluar nih Nak Iwan, malam Minggu loh, masa di rumah terus, apa tidak bosan..?” tanya Bu Mira kemudian.

“Ah, nggak Bu, lagian keluar kemana, biasanya juga malam Minggu di rumah saja,” jawab Iwan sekenanya.

Lama mereka berdua terdiam sambil menikmati acara TV.

“Oh, ya, Bu, boleh saya buatkan minum..?” tanya Iwan tiba-tiba.

“Lho, tidak usah Nak Iwan, kok repot-repot..,”

“Ah, nggak apa-apa, sekali-kali saya yang buatkan minuman untuk Ibu, masak Ibu dan Bik Sumi saja yang selalu membuatkan minuman untuk saya.”

“Hm.., boleh kalau begitu, Ibu ingin minum teh saja,” kata Bu Mira sambil tersenyum.

“Baiklah Bu, kalau begitu tunggu sebentar.” segera Iwan bergegas ke dapur.

Tidak lama kemudian Iwan sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua teh dan sedikit makanan kecil di piring.

“Silakan Bu, diminum, mumpung masih hangat..!”

“Terima kasih, Nak Iwan.”

Akhirnya setelah sekian lama terdiam lagi, terlihat Bu Mira sudah mulai mengantuk, tidak lama kemudian Bu Mira sudah tertidur di kursi dengan keadaan memakai daster tipis yang menampilkan lekuk-lekuk tubuh dan payudaranya yang indah. Tersenyum Iwan melihatnya.

“Akhirnya aku berhasil, ternyata obat tidur yang kubeli di apotik siang tadi benar-benar manjur, obat ini akan bekerja untuk beberapa saat kemudian,” gumam Iwan penuh kemenangan.

“Beruntung sekali tadi Bu Mira mau kubuatkan teh, sehingga obat tidur itu dapat kucampur dengan teh yang diminum Bu Mira,” gumamnya sekali lagi.

Sejenak Iwan memperhatikan Bu Mira, tubuh yang pasrah yang siap dipermainkan oleh lelaki manapun. Timbul gejolak kelelakian Iwan yang normal tatkala melihat tubuh indah yang tergolek lemah itu.

Diremas-remasnya dengan lembut payudara yang montok itu bergantian kanan kiri sambil tangan yang satunya bergerilnya menyentuh paha sampai ke ujung paha. Terdengar desahan perlahan dari mulut Bu Mira, spontan Iwan menarik kedua tangannya.

“Mengapa harus gugup, Bu Mira sudah terpengaruh obat tidur itu sampai beberapa saat nanti,” gumam Iwan dalam hati.

Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Iwan kemudian membopong tubuh Bu Mira memasuki kamar Iwan sendiri. Digeletakkan dengan perlahan tubuh yang indah di atas tempat tidur, sesaat kemudian Iwan sudah mengunci kamar, lalu mengeluarkan tali yang memang sengaja dia simpan siang tadi di laci mejanya.

Tidak lama kemudian Iwan sudah mengikat kedua tangan Bu Mira di atas tempat tidur. Melihat keadaan tubuh Bu Mira yang telentang itu, tidak sabar Iwan untuk melampiaskan hasratnya terhadap Bu Mira.

“Malam ini aku akan menikmati tubuhmu yang indah itu Bu Mira,” kata Iwan dalam hati.

Satu-persatu Iwan melepaskan apa saja yang dipakai oleh Bu Mira. Perlahan-lahan, mulai dari daster, BH, kemudian celana dalam, sampai akhirnya setelah semua terlepas, Iwan menyingkirkannya ke lantai.

Terlihat sekali sekarang Bu Mira sudah dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya. Diamati oleh Iwan mulai dari wajah yang cantik, payudara yang montok menyembul indah, perut yang ramping, dan terakhir paha yang mulus dan putih dengan gundukan daging di pangkal paha yang tertutup oleh rimbunnya rambut.

Sesaat kemudian Iwan sudah menciumi tubuh Bu Mira mulai dari kaki, pelan-pelan naik ke paha, kemudian berlanjut ke perut dan terakhir ciuman Iwan mendarat di payudara Bu Mira. Sesekali terdengar desahan kecil dari mulut Bu Mira, tapi Iwan tidak memperdulikannya.

Diciumi dan diremas-remas kedua payudara yang indah itu dengan mulut dan kedua tangan Iwan. Puting merah jambu yang menonjol indah itu juga tidak lepas dari serangan-serangan Iwan. Dikulum-kulum kedua puting itu dengan mulutnya dengan perasaan dan gairah birahi yang sudah memuncak. Setelah puas Iwan melakukan itu semua, perlahan-lahan dia bangkit dari tempat tidur.

Satu-persatu Iwan melepas pakaian yang melekat di badannya, akhirnya keadaan Iwan sudah tidak beda dengan keadaan Bu Mira, telanjang bulat, polos, tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya.

Gairah Ibu Pemilik Kost Yang Kesepian 2

Terlihat kemaluan Iwan yang sudah mengencang hebat siap dihunjamkan ke dalam vagina Bu Mira. Tersenyum Iwan melihat rudalnya yang panjang dan besar, bangga sekali dia mempunyai rudal dengan bentuk begitu.

Perlahan-lahan Iwan kembali naik ke tempat tidur dengan posisi telungkup menindih tubuh Bu Mira yang telanjang itu, kemudian dia memegang rudalnya dan pelan-pelan memasukkannya ke dalam vagina Bu Mira.

Iwan merasakan vagina yang masih rapat karena sudah setahun tidak pernah tersentuh oleh laki-laki. Akhirnya setelah sekian lama, rudal Iwan sudah masuk semuanya ke dalam vagina Bu Mira.

Ketika Iwan menghunjamkan rudalnya ke dalam vagina Bu Mira sampai masuk semua, terdengar rintihan kecil Bu Mira, “Ah.., ah.., ah..!”

Tapi Iwan tidak menghiraukannya, dia lalu menggerakkan kedua pantatnya maju munjur dengan teratur, pelan-pelan tapi pasti.

“Slep.., slep.., slep..,” terdengar setiap kali ketika Iwan melakukan aktivitasnya itu, diikuti dengan bunyi tempat tidur yang berderit-derit.

“Uh.., oh.., uh.., oh..,” sesekali Iwan mengeluh kecil, sambil tangannya terus meremas-remas kedua payudara Bu Mira yang montok itu.

Lama Iwan melakukan aktivitasnya itu, dirasakannya betapa masih kencangnya dan rapatnya vagina Bu Mira. Akhirnya Iwan merasakan tubuhnya mengejang hebat, merapatkan rudalnya semakin dalam ke vagina Bu Mira.

“Ser.., ser.., ser..,” Iwan merasakan cairan yang keluar dari ujung kemaluannya mengalir ke dalam vagina Bu Mira.

“Oh.. ah.. oh.. Bu Mira.., oh..!” terdengar keluhan panjang dari mulut Iwan.

Setelah itu Iwan merasakan tubuhnya yang lelah sekali, kemudian dia membaringkan tubuhnya di samping tubuh Bu Mira dengan posisi memeluk tubuh Bu Mira yang telah dinikmatinya itu.

Lama Iwan dalam posisi itu sampai pada akhirnya dia dikejutkan oleh gerakan tubuh Bu Mira yang sudah mulai siuman. Secara reflek, Iwan bangkit dari tempat tidurnya menuju ke arah saklar lampu dan mematikannya. Tertegun Iwan berdiri di samping tempat tidur dalam kamar yang sudah dalam keadaan gelap gulita itu. Sesaat kemudian terdengar suara Bu Mira.

“Oh, dimana aku, mengapa gelap sekali..?”

Sebentar kemudian suasana menjadi hening.

“Dan, mengapa tanganku diikat, dan, oh.., tubuhku juga telanjang, kemana pakaianku, apa yang terjadi..?” terdengar suara Bu Mira pelan dan serak.

Suasana hening agak lama. Iwan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia diam saja.

Terdengar lagi suara Bu Mira mengeluh, “Oh.., tolonglah aku..! Apa yang terjadi padaku, mengapa aku bisa dalam keadaan begini, siapa yang melakukan ini terhadapku..?” keluh Bu Mira.

Akhirnya timbul kejantanan dalam diri Iwan, bagaimanapun setelah apa yang dia lakukan terhadap Bu Mira, Iwan harus berterus terang mengatakannya semuanya.

“Ini saya..,” gumam Iwan lirih.

“Siapa, kamukah Yodi..? Mengapa kamu kembali lagi padaku..?” sahut Bu Mira agak keras.

“Bukan, ini saya Bu.., Iwan..,” Iwan berterus terang.

“Iwan..!” kaget Bu Mira mendengarnya.

“Apa yang kamu lakukan pada Ibu, Iwan..? Bicaralah..! Mengapa Ibu kamu perlakukan seperti ini..?” tanya Bu Mira kemudian.

Kemudian Iwan bercerita mulai dari awal sampai akhir, bagaimana mula-mula dia tertarik pada Bu Mira, sampai pada keheranannya bagaimana juga Bu Mira dapat hidup sendiri selama setahun tanpa ada laki-laki yang dapat memuaskan hasrat birahi Bu Mira.

Juga tidak lupa Iwan menceritakan semua yang dia lakukan terhadap Bu Mira selama Bu Mira tidak sadar karena pengaruh obat tidur. Tertegun Bu Mira mendengar semua perkataan Iwan. Lama mereka terdiam, tapi terdengar Bu Mira bicara lagi.

“Iwan.., Iwan.., Ibu memang menginginkan laki-laki yang bisa memuaskan hasrat birahi Ibu, tapi bukan begini caranya, mengapa kamu tidak berterus-terang pada Ibu sejak dulu, kalaupun kamu berterus terang meminta kepada Ibu, pasti Ibu akan memberikannya kepadamu, karena Ibu juga merasakan bagaimana tidak enaknya hidup sendiri tanpa laki-laki.”

“Terus terang saya malu Bu, saya malu kalau Ibu menolak saya.”

“Tapi setidaknya kan, berterus terang itu lebih sopan dan terhormat daripada harus memperlakukan Ibu seperti ini.”

“Saya tahu Bu, saya salah, saya siap menerima sanksi apapun, saya siap diusir dari rumah ini atau apa saja.”

“Oh, tidak Iwan, bagaimanapun kamu telah melakukannya semua terhadap Ibu. Sekarang Ibu tidak lagi terpengaruh oleh obat tidur itu lagi, Ibu ingin kamu melakukannya lagi terhadap Ibu apa yang kamu perbuat tadi, Ibu juga menginginkannya Iwan tidak hanya kamu saja.”

“Benar Bu..?” tanya Iwan kaget.

“Benar Iwan, sekarang nyalakanlah lampunya, biar Ibu bisa melihatmu seutuhnya,” pinta Bu Mira kemudian.

Tanpa pikir panjang lagi, Iwan segera menyalakan lampu yang sejak tadi padam. Sekarang terlihatlah kedua tubuh mereka yang sama-sama polos, dan telanjang bulat dengan posisi Bu Mira terikat tangannya.

“Oh Iwan, tubuhmu begitu atletis. Kemarilah, nikmatilah tubuh Ibu, Ibu menginginkannya Iwan..! Ibu ingin kamu memuaskan hasrat birahi Ibu yang selama ini Ibu pendam, Ibu ingin malam ini Ibu benar-benar terpuaskan.”

Perlahan Iwan mendekati Bu Mira, diperhatikan wajah yang tambah cantik itu karena memang kondisi Bu Mira yang sudah tersadar, beda dengan tadi ketika Bu Mira masih tidak sadarkan diri. Diusap-usapnya dengan lembut tubuh Bu Mira yang polos dan indah itu, mulai dari paha, perut, sampai payudara. Terdengar suara Bu Mira menggelinjang keenakan.

“Terus.., Iwan.., ah.. terus..!” terlihat tubuh Bu Mira bergerak-gerak dengan lembut mengikuti sentuhan tangan Iwan.

“Tapi, Iwan, Ibu tidak ingin dalam keadaan begini, Ibu ingin kamu melepas tali pengikat tangan Ibu, biar Ibu bisa menyentuh tubuhmu juga..!” pinta Ibu Mira memelas.

“Baiklah Bu.”

Sedetik kemudian Iwan sudah melepaskan ikatan tali di tangan Bu Mira. Setelah itu Iwan duduk di pinggir tempat tidur sambil kedua tangannya terus mengusap-usap dan meremas-remas perut dan payudara Bu Mira.

“Nah, begini kan enak..,” kata Bu Mira.

Sesaat kemudian ganti tangan Bu Mira yang meremas-remas dan menarik maju mundur kemaluan Iwan, tidak lama kemudian kemaluan Iwan yang diremas-remas oleh Bu Mira mulai mengencang dan mengeras. Benar-benar hebat si Iwan ini, dimana tadi kemaluannya sudah terpakai sekarang mengeras lagi. Benar-benar hyper dia.

“Oh.., Iwan, kemaluanmu begitu keras dan kencang, begitu panjang dan besar, ingin Ibu memasukkannya ke dalam vagina Ibu.” kata Bu Mira lirih sambil terus mempermainkan kemaluan Iwan yang sudah membesar itu.

Diperlakukan sedemikian rupa, Iwan hanya dapat mendesah-desah menahan keenakan.

“Bu Mira, oh Bu Mira, terus Bu Mira..!” pinta Iwan memelas.

Semakin hebat permainan seks yang mereka lakukan berdua, semakin hot, terdengar desahan-desahan dan rintihan-rintihan kecil yang keluar dari mulut mereka berdua.

“Oh Iwan, naiklah ke atas tempat tidur, naiklah ke atas tubuhku, luapkan hasratmu, puaskan diriku, berikanlah kenikmatanmu pada Ibu..! Ibu sudah tak tahan lagi, ibu sudah tak sabar lagi..” desis Bu Mira memelas dan memohon.

Sesaat kemudian Iwan sudah naik ke atas tempat tidur, langsung menindih tubuh Bu Mira yang telanjang itu, sambil terus menciumi dan meremas-remas payudara Bu Mira yang indah itu.

“Oh, ah, oh, ah.., Iwan oh..!” tidak ada kata yang lain yang dapat diucapkan Bu Mira yang selain merintih dan mendesah-desah, begitu juga dengan Iwan yang hanya dapat mendesis dan mendesah, sambil menggosok-gosokkan kemaluannya di atas permukaan vagina Bu Mira. Reflek Bu Mira memeluk erat-erat tubuh Iwan sambil sesekali mengusap-usap punggung Iwan.

Sampai suatu ketika, tangan Bu Mira memegang kemaluan Iwan dan memasukkannya ke dalam vaginanya.

Pelan dan pasti Iwan mulai memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira, sambil kedua kakinya bergerak menggeser kedua kaki Bu Mira agar merenggang dan tidak merapat, lalu menjepit kedua kaki Bu Mira dengan kedua kakinya untuk terus telentang.

Akhirnya setelah sekian lama berusaha, karena memang tadi Iwan sudah memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira, sekarang agak gampang Iwan menembusnya, Iwan sudah berhasil memasukkan seluruh batang kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira.

Kemudian dengan reflek Iwan menggerakkan kedua pantatnya maju mundur teru-menerus sambil menghunjamkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira.

“Slep.., slep.., slep..,” terdengar ketika Iwan melakukan aktivitasnya itu.

Terlihat tubuh Bu Mira bergerak menggelinjang keenakan sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya mengikuti irama gerakan pantat Iwan.

“Ah.., ah.., oh.. Iwan.., jangan lepaskan, teruskan, teruskan, jangan berhenti Iwan, oh.., oh..!” terdengar rintihan dan desahan nafas Bu Mira yang keenakan.

Lama Iwan melakukan aktivitasnya itu, menarik dan memasukkan kemaluannya terus-menerus ke dalam vagina Bu Mira. Sambil mulutnya terus menciumi dan mengulum kedua puting payudara Bu Mira.

“Oh.., ah.. Bu Mira, oh.., kamu memang cantik Bu Mira, akan kulakukan apa saja untuk bisa memuaskan hasrat birahimu, ih.., oh..!” desis Iwan keenakan.

“Oh.., Iwan.., bahagiakanlah Ibu malam ini dan seterusnya, oh Iwan.., Ibu sudah tak tahan lagi, oh.., ah..!”

Semakin cepat gerakan Iwan menarik dan memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Bu Mira, semakin hebat pula goyangan pantat Bu Mira mengikuti irama permainan Iwan, sambil tubuhnya terus menggelinjang bergerak-gerak tidak beraturan.

Semakin panas permainan seks mereka berdua, sampai akhirnya Bu Mira merintih, “Oh.., ah.., Iwan.., Ibu sudah tak tahan lagi, Ibu sudah tak kuat lagi, Ibu mau keluar, oh Iwan.., kamu memang perkasa..!”

“Keluarkan Bu..! Keluarkanlah..! Puaskan diri Ibu..! Puaskan hasrat Ibu sampai ke puncaknya..!” desis Iwan menimpali.

“Mari kita keluarkan bersama-sama Bu Mira..! Oh, aku juga sudah tak tahan lagi,” desis Iwan kemudian.

Setelah berkata begitu, Iwan menambah genjotannya terhadap Bu Mira, terus-menerus tanpa henti, semakin cepat, semakin panas, terlihat sekali kedua tubuh yang basah oleh keringat dan telanjang itu menyatu begitu serasi dengan posisi tubuh Iwan menindih tubuh Bu Mira.

Sampai akhirnya Iwan merasakan tubuhnya mengejang hebat, begitu pula dengan tubuh Bu Mira. Keduanya saling merapatkan tubuhnya masing-masing lebih dalam, seakan-akan tidak ada yang memisahkannya.

“Ser.., ser.., ser..!” terasa keluar cairan kenikmatan keluar dari ujung kemaluan Iwan mengalir ke dalam vagina Bu Mira, begitu nikmat seakan-akan seperti terbang ke langit ke tujuh, begitu pula dengan tubuh Bu Mira seakan-akan melayang-layang tanpa henti di udara menikmati kepuasan yang diberikan oleh Iwan.

Sampai akhirnya mereka berdua berhenti karena merasa kelelahan yang amat sangat setelah bercinta begitu hebat.

Sejenak kemudian, masih dengan posisi yang saling menindih, terpancar senyum kepuasan dari mulut Bu Mira.

“Iwan, terima kasih atas apa yang telah kau berikan pada Ibu..,” kata Bu Mira sambil tangannya mengelus-elus rambut Iwan.

“Sama-sama Bu, aku juga puas karena sudah membuat Ibu berhasil memuaskan hasrat birahi Ibu,” sahut Iwan dengan posisi menyandarkan kepalanya di atas dada Bu Mira.

Suasana yang begitu mesra.

“Selama disini, mulai malam ini dan seterusnya, Ibu ingin kamu selalu memberi kepuasan birahi Ibu..!” pinta Ibu Mira.

“Saya berjanji Bu, saya akan selalu memberikan yang terbaik bagi Ibu..,” kata Iwan kemudian.

“Ah, kamu bisa saja Wan,” tersungging senyum di bibir Bu Mira.

“Tapi, ngomong-ngomong bagaimana dengan Ida dan Bik Sumi..?” tanya Iwan.

“Lho, kita kan bisa mencari waktu yang tepat. Disaat Ida berangkat sekolah juga bisa, dan Bik Sumi di dapur. Di saat keduanya tidur pun kita bisa melakukannya. Pokoknya setiap saat dan setiap waktu..!” jawab Bu Mira manja sambil tangannya mengusap-usap punggung Iwan.

Cerita sex: Menikmatin Tubuh Sekretaris Baru dan Adik Kandungnya

Sejenak Iwan memandang wajah Bu Mira, sesaat kemudian keduanya sama-sama tertawa kecil. Akhirnya apa yang mereka pendam berdua terlampiaskan sudah. Sambil dengan keadaan yang masih telanjang dan posisi saling merangkul mesra, mereka akhirnya tertidur kelelahan.

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup