Lensa69

Kakak Adik Yang Kugarap

Kakak Adik Yang Kugarap

Setelah permainan cintaku dengan Vita  sore itu, kami jadi sering melakukannya apabila ada kesempatan. Kadang kami bercinta di Kamar Vita dan kadang di kamarku. Vita yang masih berusia 22 tahun itu bercerita tentang hilangnya kegadisannya oleh pacarnya ketika masih SMA. Menurut ceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulang tahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu.

 

Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana. Setelah lulus SMA akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di Bali jurusan hotel dan tourisme. Sejak kuliah di Bali pun dia sudah beberapa kali melakukan sex dengan beberapa teman kuliah-nya. Hubungan kami pun cuma sebagai teman, tidak lebih, hubungan kami berdasarkan suka sama suka. Mungkin karena usia ku yang lebih muda. Hanya saja aku dapat keuntungan untuk tubuhnya kapan saja aku mau. Hubunganku dengan Vita pun tidak diketahui oleh Fitri kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran.

 

Fitri, tidak kalah cantiknya dengan Vita. Keduanya memiliki kulit yang putih bersih. Fitri lebih dewasa dalam pembawaan dan enak juga diajak ngobrol. Karena Fitri juga cantik aku sering bercanda dengan Vita mengatakan ingin tahu rasanya bila berhubungan dengan Fitri. Vita kadang tertawa dan kadang marah kalo aku berkata begitu. Walau marah, Vita akan hilang kemarahannya kalau kucumbu lagi.

 

Seperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Vita terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan aku pun menutup pintu kamar Vita. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang ujian akhir. Setelah pintu kututup, kupanggil Vita yang ada dikamar mandi.

 

“Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi

Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Aku pun melanjutkan.

“Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku akan.

“Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.” Rayuku.

Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.

“Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku”.

Fitri

Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.

“Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi”. Aku pun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka.

Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Aku pun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Fitri, kakak Vita, yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrobe berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathrobenya.

 

Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrobe di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Vita, karena aku belum pernah menyentuhnya.

 

“Vita sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan” Kata Fitri sambil memainkan tali bathrobe-nya.

“Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Vita, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku”

“Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Fitri” Kataku sambil mataku memandang wajah Fitri.

Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Fitri boleh mendapat angka 8 hingga 8,5.

“Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandi kucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?” Tanya Fitri memancingku.

“Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih” Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat menggoda.

“Kamu sudah lama make love dengan Vita, Rud?” Tanya Fitri ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya.

“Tubuh Mbak harum sekali”, kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.

 

Fitri menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Fitri pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Fitri semakin hangat.

 

Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnya pun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya.

 

Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Fitri di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Fitri rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrobe-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathrobenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Fitri tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa celah sedikit pun.

 

Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin Fitri baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.

 

“Hh” Desah Fitri membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya.

Kembali kulumat bibir Fitri sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan Fitri pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya.

 

Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Fitri. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Fitri pun merapat. Terus kuelus paha Fitri hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Fitri dan diarahkan ke vaginanya.

 

“Elus dong Rud, Biar Mbak ngerasa enak Rud” Ucapnya sambil mendesah.

Bibir vagina Fitri sudah basah ketika ku sentuh. Ku gesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Fitri, dan Fitri pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya.

“Ahh, terus Rud”, Pinggulnya makin bergoyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakn basah.

“Ohh Rud enak sekali Rud”, desah Fitri makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat.

Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Fitri. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Fitri makin hebat membuatku semakin terangsang.

“Ahh Rud”, Fitri pun merapatkan kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Fitri yang sempit dan basah. Remasan tangan Fitri di kepalaku semakin kencang, Fitri seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Fitri pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur.

 

Kesempatan ini langsung ku pergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD saja kuubah posisi tidur Fitri. Semula seluruh badan Fitri ada di atas tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.

 

Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Fitri yang merah dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Fitri selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali. “Ahh Rud, enak Rud”, racau Fitri. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan jilatanku. Desahan Fitri pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Fitri pun menggelinjang hebat.

 

“Terus Rud”, desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tanganku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya pun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Fitri pun mengalami orgasme yang kedua.

 

“Ahh Rud, aku keluar Rud”, aku pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Fitri yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.

 

Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Fitri yang semula berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan.

Ngentot Dengan Fitri

 

“Besar juga punya kamu Rud, panjang lagi” Ucap Fitri di sela-sela ciuman kami.

 

Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Fitri bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Fitri dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok.

 

Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Fitri pun sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Vita, atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku. “Ahh Rudiii.. Begitu sayang, enak sekali sayang” Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Fitri pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.

 

“Ahh..” desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Fitri. Kaki Fitri yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur.

 

Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat. Goyangan Fitri pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Fitri yang semakin liar.

 

“Rud.. Kamu hebat Rud.. Terus Rud.. Penis kamu besar keras dan panjang Rud.. Terus Rud.. Goyang lebih cepat lagi Rud..” begitu racau Fitri di sela kenikmatannya. Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Fitri memang lebih enak dari Vita adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Fitri yang makin liar, desahan yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku.

“Mbak aku mau keluar Mbak” Kataku.

“Di dalam aja Rud biar enak” desah Fitri sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun.

“Ahh” Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya.

Tangan Fitri menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Fitri. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Fitri terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.

 

“Kamu hebat Rud, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya” Kata Fitri.

“Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi.” Ucapku.

“Memang vagina Vita enggak” senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya.

“Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Vita” jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Fitri masih ingin melanjutkan lagi pikirku.

“Penis kamu masih keras Rud?” tanya Fitri sambil memutar pinggulnya.

“Masih, Mbak masih mau lagi?” tanyaku

“Mau tapi Mbak diatas ya” Kata Fitri.

“Cabut dulu Rud”

 

Setelah dicabut, mulut Fitri pun bergerak dan mencium penisku, Fitri mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Fitri, vagina Fitri yang harum membuatku melupakan Vita sementara waktu. Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Fitri, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Vita belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Vita tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.

 

Baca juga : Bercinta Dengan Si Susu Montok Penjaga Warung Kopi

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup