Lensa69

Kenikmatan Dari Bu RW Yang Aduhai

Kenikmatan Dari Bu RW Yang Aduhai

Biasanya kembang disuatu komplek adalah seorang gadis SMU atau cewek kuliahan yang memang lagi mekar-mekarnya, tapi beda dengan komplek perumahan dimana tempat aku tinggal. Ya, dikomplek ini yang menjadi kembang adalah bu RW yang tinggal disebelah rumahku. Mungkin sebagian besar pembaca tidak percaya, tapi memang tante Devi, bu rw tetanggaku itu bagaikan magnet bagi semua laki-laki dikomplek ini.

Aku gak bisa mendeskripsikan secara tepat mengapa tante Devi bisa begitu mempesona. Memang secara fisik tante Devi jauh diatas perempuan rata-rata. Kulitnya putih seperti kebanyakan wanita sunda, tapi kulitnya mulus tak bercacat. Sebenarnya aku gak tau pasti gimana kulit ditubuhnya, tapi yang pasti kulit yang membalut betis indahnya mulus tak bercacat, aku bisa memastikan itu sebab aku sering mengagumi betis bulir padi itu saat tante Devi keluar rumah memakai celana selutut kesayangannya. Tubuhnya tidak terlalu gemuk tapi juga tidak terlalu kurus, makanya payudara sedangnya sangat cocok mengimbangi pinggul dan pantatnya yang sedikit montok.

Selain fisiknya yang memang cantik dan berbody aduhai, tante Devi punya sesuatu yang memancar dari dirinya. Mungkin kalau orang bilang tante Devi punya inner beauty yang sangat kuat. Senyum selalu menghiasi bibir mungilnya, keramahannya menanggapi lawan bicaranya, tawa lepasnya yang segar dan keanggunannya menghela rambut yang selalu dibiarkan terurai itu… Hmmmm… sosok wanita idaman setiap pria.

Sebenarnya tante Devi punya seorang anak perempuan yang bernama sarah yang sudah duduk di kelas 2 SMU. Jelas sarah mewarisi kecantikan ibunya, tapi inner beauty tante Devi memang susah untuk ditandingi.

Aku sangat akrab dengan tante Devi, sebab selain memang bertetangga, dulu aku berusaha untuk mendekati sarah dari ibunya. Tapi sepertinya usaha itu gagal. Hubunganku dengan sarah gak lebih dari cuma say hello, tapi sebaliknya dengan ibunya, tante Devi senang sekali mengajak aku mengobrol. Bahkan tante Devi melarang aku untuk membayar iuran warga yang memang ditanganinya untuk beberapa bulan sekaligus. Aku diwajibkan untuk membayar per bulan. Alasan dia sih untuk ngembangin silaturahmi, makanya setiap aku membayar iuran warga, pasti tante Devi mengajakku mengobrol terlebih dahulu, hasilnya minimal 1 jam aku tertahan dirumahnya.

Dua bulan lalu, saat aku hendak membayar iuran warga, aku mendatangi rumah tante Devi. Aku mendapati rumahnya kosong.

“Pada kemana tan ?” tanyaku saat kami mengobrol diruang tamu.

“Oh… Sarah sama papanya lagi ke sukabumi, kerumah neneknya” jawab tante Devi.

“Kok tante gak ikut ?” tanyaku. 

“Maunya sih, tapi besok ibu-ibu pkk ada kegiatan, gak enak kalo tante gak dateng” jelas tante Devi. Aku cuma mengangguk tanda mengerti.

Setelah itu kami mengobrol seru seperti kebiasaanku kalau berkunjung kerumahnya. Sampai tante Devi menanyakan hal pribadi padaku.

“Rian, kapan nih kamu menikah ?” tanya tante Devi menyelidiki.

“He..he..he.. kapan ya tan ?” jawabku setengah becanda. “Masih belom punya calon nih tan” lanjutku.

“Ah masa sih kamu gak punya calon. Kan kamu lumayan ganteng, materi juga udah lumayan, mo nunggu apa lagi” tanya tante Devi lagi.

“Maunya sih secepetnya, udah gak tahan” jawabku sambil tertawa, tante Devi ikutan tertawa. “Tapi mo gimana lagi, emang belom ada calonnya” kataku meneruskan.

“Emang kamu mo cari cewek kayak gimana ?” tanya tante Devi. 

“Kayak gimana ya ? Mungkin kayak tante Devi ini lah” jawabku bercanda. Sebenernya aku berharap dengan jawaban itu tante Devi mau menawarkan anaknya sarah ke aku. Tapi jawaban sungguh diluar dugaan.

“Kayak tante ??? Emang tante masih cantik ya sampe brondong kayak kamu mimpiin dapet istri kayak tante” jawab tante Devi sambil tersenyum genit.

Sebenarnya aku sedikit kecewa atas reaksinya, tapi berhubung sudah terlanjur, aku teruskan saja. 

“Tentu aja tan, cowok mana sih di komplek ini yang gak ngakuin kalo tante perempuan paling cantik disini” kataku sedikit menggombal

Tante Devi terseyum kecil, mukanya sedikit memerah, mungkin dia malu. “Masa sih Rian, tante kan udah tua” kata tante Devi.

“Hmm.. walau tante udah punya anak gadis, tapi menurutku tante masih terlihat seperti anak gadis. Jujur kalo melihat tante sama sarah, saya sering menganggap tante adek kakak sama sarah” lanjutku, dalam hati aku heran kenapa aku jadi merayu gitu.

“Masa sih tante masih kayak anak gadis, badan tante udah kendor sana-sini begitu” jawab tante Devi yang kemudian berdiri dan memperhatikan tubuhnya sendiri. Dasternya ditarik kebelakang agar melekat ketubuhnya, hasilnya tubuh aduhainya tercetak. Terlihat jelas lekuk pinggul dan dadanya. Kemudian dia berputar-putar sambil mengamati tubuhnya, tentu aja mataku juga ikut mengamati atau lebih tepatnya menikmati tubuhnya. Apalagi karena dasternya ditarik, terlihat pangkal pahanya yang putih mulus. Mungkin kalau ditarik sedikit lagi celana dalamnya juga ikut terihat.

“Gak usah khawatir tante. Tante emang gak kalah sama anak gadis. Jujur aja saya juga sering bayangin tante sebelum tidur…” damn… aku nyesel banget ngomong kayak gitu, tapi wtf lah, udah terlanjur

“Masa sih kamu bayangin tante ?” tanyanya dengan muka tidak percaya. “Masa sih tante bisa merangsang kamu ?” tanya lagi. Aku cuma terdiam malu.

“Tapi kamu gak usah jawab deh, tuh adek kamu udah ngejawab sendiri” kata tante Devi sambil ketawa. Damn, gundukan penisku yang menegang dibalik celanaku ternyata terlihat sama dia aku cuma tersipu malu.

“Gak usah malu gitu ian” kata tante Devi yang kemudian duduk disebelahku. “Kamu kan udah gede, wajar kalo terangsang sama cewek” lanjut tante Devi yang kemudian mengelus penisku dari luar celana. Aku menepisnya, tapi sayang tangan tante Devi sudah mencengkram penisku dari luar.

“Hmmm… punya kamu gede juga ya” kata tante Devi yang kemudian meremas-remas penisku dan sesekali mengocoknya, aku meringis keenakkan.

Setelah beberapa lama, aku berkata “Udah tan, nanti ada orang” katakuku dengan agak gugup, soalnya ruang tamu ada dibagian depan, orang bisa aja tiba-tiba melongok melalui jendela.

“Ya udah, kalo gitu kekamar tante yuk” ajak tante Devi. Aku cuma terdiam. “Kalo mau, tante tunggu didalam ya” ajaknya sambil tersenyum genit. Kemudian dia berdiri berjalan menuju kamarnya.

Sesaat aku terdiam, jujur dalam hati aku ingin segera menyusulnya, tapi dipikiranku masih ada yang mengganjel. Ada sesuatu yang melarangku mengikutinya kekamar. Tapi pikiran itu gak lama, nafsuku menguasai semua pikiranku. Aku segera beranjak.

Aku buka perlahan pintu kamarnya dengan sangat gugup. Setelah dibuka aku melihat tante Devi sedang duduk dipinggir tempat tidurnya sambil membuka-buka majalah. Melihat aku masuk tante Devi tersenyum senang kemudian berdiri menyambutku.

“Tante kira kamu gak mau” kata tante Devi yang kemudian memelukku. Aku membalas memeluknya erat sambil mengelus-elus punggungnya. Sambil memeluk aku cium keningnya. Menerima kecupanku, dia memandangku mesra, kemudian meyodorkan bibirnya sambil matanya terpejam. Melihat gerakannya, aku mengerti, aku kecup bibirnya lembut. Kecupannku diikuti oleh kecupan-kecupan lain dibibirnya.

Awalnya ciumanku ke bibir mungil tante Devi pelan dan lembut. Tapi lama-lama ciuman itu menjadi lebih liar, apalagi aku dan tante Devi saling menggesek-gesekan tubuh satu sama lain. Saat lidahku menelusuri rongga mulut dan lidahnya, tanganku tak lupa penyelusuri tubuhnya. Awalnya tanganku mengelus-elus punggung dan rambutnya. Tapi kemudian tanganku turun ke pantatnya. Aku meremas-remas pantat bulat tante Devi dan sesekali aku mendorong pantat itu agar kemaluannku tergesek dimemeknya. Walau masih dari luar tapi cukup membangkitkan birahi.

Kenikmatan Dari Bu RW Yang Aduhai

“Crop………….Crooop………Croooop” cuma suara itu yang terdengar mengiringi sedotan-sedotan ciuman kami. Kadang tante Devi menggumam kecil saat pantatnya ditekan kearah penisku.

Sambil berciuman, aku dorong tubuh tante Devi kearah tempat tidur. Saat kakinya menyetuh pinggir tempat tidur, tante Devi terduduk. Aku tidak melepas ciumanku, aku terbungkuk mengikuti tubuhnya. Aku dorong tante Devi lagi ketengah tempat tidur, sebab aku ingin bercumbu sambil tiduran. Tante Devi mengerti, dia bergeser ketengah tempat tidur dan terlentang disana. Aku segera menindihnya dan meneruskan ciumanku.

Pada posisi yang lebih menguntungkan itu, aku mengarahkan tanganku kepayudaranya. Aku meremas daging kenyal itu. Hmm…. benar-benar masih kencang payudara tante Devi !

Setelah meremas-remas payudaranya beberapa kali, aku menarik dasternya keatas, dan tanganku mulai meremas payudaranya dari luar BHnya. Untung dia pakai BH yang lembut, sehingga remasanku bisa maksimal walau masih dari luar.

Aku mengangkat BH tersebut keatas, terlihatlah kedua puting hitam tante Devi. Ciuman aku pindahkan dari bibir ke puting sebelah kanan. Sambil menyedot dan sesekali menjilat puting kanan, payudara kiri tante Devi aku remas-remas. Kadang aku hanya memutar-mutar puting kiri tersebut.

Bosan dengan yang kanan, aku berpindah ke yang kiri. Selama aku menyedot-nyedot payudaranya tante Devi hanya merem-melek keenakkan. Bibir bawahnya digigit, entah mengapa, mungkin supaya suara dia tidak keluar. Sambil memegangi BHnya supaya tidak turun, tante Devi mulai meracau. “Ah..ah..ah.. enak sayang, enak…”

“Klik…” aku buka pengait BH yang ada dibelakang tubuhnya. Segera setelah itu aku dorong daster beserta BHnya keatas dan melepasnya. Makanya aku suka banget cewek pake daster, gampang banget dibugilin

Setelah dasternya tersingkir, tante Devi merems-remas sendiri payudaranya, sambil menatap lemah padaku seakan berharap mulutku menggantikan peran tanggannya. Aku menanggapinya dengan menciumi lagi pentil payudaranya, bergantian kiri dan kanan “shhh…..ahhhh….ahh….” cuma itu yang terdengar dari mulut tante Devi.

Tangan tante Devi kemudian menarik kaosku keatas, dia berusaha untuk membukanya, aku membantunya, aku lepas kaosku. Setelah kaosku terbuka aku menindih lagi tubuh dan mencium bibirnya sambil menggesekkan dadaku ke payudaranya. Tapi tante Devi yang sudah tinggal CD itu tidak berhenti, dia membuka ikat celana pendekku dan mendorongnya kebawah. Aku buka celana pendekku sehingga kami sama-sama tinggal celana dalam.

Aku menindihnya kembali dan mencium bibirnya. Tanganku tidak lupa bergerayangan meremas-remas payudaranya. Dengan hanya celana dalam, aku menggesek-gesekkan penisku yang sudah tersembul sedikit ke vaginanya. Tante Devi meresponnya dengan menggerak-gerakkan pinggulnya.

Tanganku yang meremas-remas payudaranya sesekali mengelus tubuhnya dari atas kebawah. Sampai bawah, aku elus-elus paha dalammnya agak lama. Kata orang paha dalam termasuk darah sensitif diluar vagina. Beberapa kali mengelus-elus paha dalamnya, aku naikkan elusanku kearah selangkangannya. Saat menyentuh cdnya, terasa cd tersebut sudah basah dan lembab. Sepertinya tante Devi sudah terangsang hebat.

“Ah…ah..ah… ” rintih tante Devi saat aku mengelus-elus vaginanya dari luar. Tanpa diduga tante Devi membalasnya dengan menarik penisku keluar. Dengan mengocok penisku tante Devi membuka cdnya dari pinggir. Kemudian dia mengarahkan penisku ke vaginanya.

Aku mengerti maksudnya. Dengan satu tangan dia masih menahan cdnya dari samping. Aku menyapukan kepala penisku ke permukaan vaginanya, terasa sudah basah disana. Kemudian aku menekan sedikit penisku kevaginanya. “Agh….. ayo sayang masukin” kata tante Devi. Kemudian aku mendorong lagi hingga masuk semuanya. “Ohhhh.. enak banget sayang, enak banget sayang” tante Devi meracau sambil memejamkan matanya. Kepalanya terdongak saat aku masukkan penisku seluruhnya. Sebenarnya lucu juga posisi kami saat itu. Aku dan dia masih paka celana dalam !! udah gak tahan lagi soalnya

Aku mulai memaju mundurkan penisku. “aghhhhh….aghhh….agh…” rintih tante tergetar menerima pompaanku. Karena keenakan tante Devi melepaskan pegangan celana dalamnya sehingga menjepit penisku dari samping. Aku berhentikan pompaanku. Saat aku berhenti tante Devi menatapku dengan tatapan marah, sepertinya dia tidak rela pompaanku terhenti. “Sebentar tante, kita buka celana dalam aja, sakit soalnya” Aku segera bangkit melepaskan cdku dan cd tante Devi yang terkulai.

Selesai membuka cd aku posisikan badanku diantara selangkangannya yang terbuka lebar. Dengan tanganku aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Saat tepat didepan vaginanya, aku dorong penisku kencang. “Hghghhhhh….” rintih tante Devi saat penisku masuk ke memeknya. “Enak yan… kontol kamu gede banget” katanya sambil melingkarkan kakinya ketubuhku. Aku mulai lagi pompaanku. Kadang aku pompa cepat, kadang aku pompa lambat. Kadang saat pompanku lambat, tiba-tiba aku dorong keras. Tante Devi cuma bisa merintih-rintih keenakan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kesana kemari.

“Kamu hebat ya, kamu udah gagahin aku” kata tante Devi disela-sela pompaanku. Aku cuma tersenyum, aku sedang berkonsentrasi menikmati gesekkan penisku di dinding vaginanya.

“Sebentar ya, aku mo pipis” tiba-tiba kata tante Devi. “Mo pipis apa emang mo orgasme” tanyaku sedikit kecewa. “Enggak yan, emang mo pipis” jawab tante Devi. wah payah nih, masa ada interupsi begitu. Aku cabut penisku dari memeknya dan bangkit. Tapi dia masih tiduran.

“Katanya mo pipis tan ?” tanyaku kecewa. “Gendong dong ya…” katanya manja. Hmm.. sebenernya aku sedikit marah, tapi akhirnya aku gendong juga. Secepetnya dia pipis, secepet itu juga ngentotnya dilanjutin kan ?

Aku mengangkatnya dan menggendongnya dengan mendekapnya didepan, tangannya dikalungkan keleherku sedang kakinya dilingkarkan ketubuhku. Penisku tepat dibawah vaginanya, tapi tidak dimasukkan.

Baru beberapa langkah tante Devi berkata “Kok gesekan kontol kamu enak banget sih yan, masukkin dong” katanya manja. Penisku yang memang masih berdiri tegak aku arahkan ke vaginanya. Dia mengangkat tubuhnya sedikit agar aku mudah memasukkan penisku. “Ahhhh…” rintihnya panjang saat penisku masuk ke memeknya. Tapi kemudian dia malah menaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku dan memeknya bergesekkan lagi.

“Katanya mo pipis ?” tanyaku sambil menahan nikmat. “Entar deh yan, lagi enak banget.” jawab tante Devi nakal.

Akhirnya aku bawa tante Devi kembali tempat tidur, kurebahkan dipinggir. Dengan tetap penisku di vaginanya aku bawa tubuh tante Devi ketengah. Aku pompa lagi memek tante Devi, aku memompa maksimal agar kita sama-sama orgasme sebelum dia mo pipis lagi. Tapi baru beberapa tusukan tubuh tante Devi menegang dan vaginanya terasa banjir. dia menggigit bibirnya.

“Tante dah sampe ya…” tanyaku. “Iya…” katanya malu. “Maaf ya tante duluan” Aku pompa lagi memek tante Devi. Dengan cairan vaginanya yang banyak, memeknya terasa licin dan nikmat. “Crot..crot..crot” tak lama akupun menyemburka spermaku ke vaginanya.

Tubuhku ambruk memeluknya, tapi kemudian posisi kemi bertukar, dia tiduran diatas dadaku. Akupun mengelus-elus kepalanya mesra.

“Rian… kenapa sih kamu susah banget ngerti kalo tante suka kamu. Dari dulu tante udah pake baju seksi depan kamu, tapi kamu gak respon” tanyanya sambil tiduran didadaku.

Baca juga : Aku Memuaskan Teman Suamiku Demi Bayar Hutang

“Ya udah, yang penting sekarang tante tau kalo aku sayang tante” jawabku sambil mengecup kepalanya. Dia membalas dengan mencium dadaku. Kemudian kami berdua tertidur.

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup