Lensa69

Kisah Kenikmatan Dari Memek Pacar Sahabatku

Kisah Kenikmatan Dari Memek Pacar Sahabatku

Sebut saja nama saya Andrean. Sdh menikah dan punya 1 orang anak. Saya tinggal diwilayah yg masuk sebagai wilayah Bogor tp saya bekerja di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yg pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tdk begitu bagus karena saya memang bukan penulis.

ini berawal ketika saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari orang tua maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info-info yg saya terima dari teman-teman yg berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yg berkaitan dgn sex.

Penyewaan LD porno ( waktu itu belum ada VCD hihihihihihi ), majalah, stensilan, tempat perempuan yg bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi ( kalo ini mah dimana-mana sdh banyak ). Kalo soal gaya dan posisi-posisi sex itu sih belajarnya dari film bokep.

Saya sendiri masih perjaka ting ting saat itu dan sdh sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe… ). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar jg. Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yg 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat.

Saya sendiri bukan termasuk cowok yg beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tdk punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak “ilmu” dari teman-teman saya terutama dari Ridwan , teman kosku yg sdh ambil tugas akhir. Dia kuliahnya beda jurusan tp masih sekampus. Saya bahkan sdh diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dgn pacar kita tanpa memaksanya meski awalnya dia tdk mau.

Ajaran itu tdk ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang tergantung situasinya. Trik yg berbahaya memang tp kagak bisa jg dipraktekin jg ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tp rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan.

Berkat trik dari Ridwan itu aku berhasil menyetubuhi Intan, pacar Ridwan sendiri, dan sampai kini Ridwan tdk mengetahuinya. Itupun bukan aku yg melakukan trik tersebut tp Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku cuma kecipratan “getah” enaknya saja.

Ceritanya Ridwan itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Intan. Dibilannya serius karena kata Ridwan dgn Intaninilah dia ingin menikah. Di mata Ridwan , Intanadalah cewek yg sempurna. Kalau dari segi fisik, Intan memang seksi, cantik, putih dan montok. Buah dadanya lumayan menantang dgn pinggul dan perut yg ramping. Rambut panjang dgn wajah yg menawan.

Intan sering berkunjung ke kamar kost Ridwan . Entah datang sendiri atau datang bersama Ridwan . Mungkin Ridwan menjemputnya terlebih dahulu karena Intan kuliah di universitas yg berbeda. Rasanya setiap kali Intan datang berkunjung, mereka selalu “main” dalam kamar Ridwan . Itu ditandai dari suara rintihan Intan yg sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Ridwan . Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tp tetap saja ada suara yg terdengar ketika mereka sedang bersetubuh.

Malah terkadang ada suara jeritan dari Intan ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur. Tp jika Ridwan hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Intan terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu kedatangan Intan. Ini ditandai dgn suara rintihan Intan yg terjadi berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Ridwan .

 

Tdk jarang Intan sampai bermalam di kamar Ridwan meski tdk pernah sampai berhari-hari. Demikianlah, Ridwan si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dgn Intan. Kami dan anak kost yg lain hanya bisa maklum dan mencemburui “keberuntungan” Ridwan .

Oh ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yg diisi oleh Ridwan , Kamil dan aku. Kamil jg sdh punya pacar tp pacarnya itu sangat alim sehingga menolak melakukan hal-hal yg “aneh-aneh”. Tp Kamil jg sdh tdk perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu.

Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain. Kamil jg berasal dari kampus yg sama dgn kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Ridwan . Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Ridwan , Intan, dan Kamil ketiganya berasal dari Jakarta.

Hari itu Ridwan mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Intan datang dan menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Ridwan masih di kampus dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Intan mengatakan akan menunggu di kamar Ridwan saja. Mungkin Ridwan belum memberitahunya sehingga Intan datang “terlalu cepat”.

Jaman itu komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya smartphone seperti sekarang. Intan pun masuk ke dalam kamar Ridwan dan menunggu pacarnya itu pulang. Intan memang punya kunci cadangan Ridwan sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Ridwan sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus.

Hal ini sebenarnya tdk dibolehkan oleh ibu kost kami tp ibu kost kami tdk mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan tp dia tdk pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu belakang yg tdk bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga ibu kost tinggal.

Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari pembicaraan yg kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Ridwan . Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Ridwan dan kalau sampai memergoki Intan didalamnya, bisa gawat urusannya.

Aku tdk jadi mengambil air panas dan segera keatas dan berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yg memberitahu Intan karena dia lebih senior dari aku dan dia yg lebih mengenal Ridwan serta Intan. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Intan, malah masuk kembali ke kamarnya.

“Tunggu sebentar”, katanya.

“Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi”, kataku.

“Sebentar Ri”, katanya lagi dari dalam kamarnya.

Rasanya agak lama jg aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir.

“Ngapain bos?”, tanyaku.

“Ah enggak ga apa-apa”, jawabnya.

Kita ke kamar Ridwan lalu Kamil pun mengetuknya. Tdk langsung dibuka sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah tangga sdh terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Ridwan dan bapak kost kami. Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling berpandang-pandangan dgn panik.

“Ri, do something, lo kesana cegat mereka!”, kata Kamil.

“Trus ngapain?”, tanyaku kebingungan.

“Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yg penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan”, perintahnya.

Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka. Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa Ridwan masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Ridwan sedang sibuk karena tugas akhir yg dikerjakannya.

Setelah bapak kost kembali dgn kunci cadangan, aku tdk bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik. Aku jg tdk ingin menimbulkan kecurigaan dgn menghalang-halangi mereka naik. Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Ridwan dan menyilahkan kedua orang tua Ridwan untuk masuk.

“Hufff….syukurlah”, pikirku,

“situasinya sdh terselamatkan. Hampir saja”.

“Eh tp kemana mba Intanya?”. Tdk mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tdk mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sdh digrendel.

Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah. Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yg keluar masuk lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Ridwan dan bapak kost. Jadi kemana mba Intanya?. Pintu kamar Ridwan telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Ridwan yg entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka. Aku jg tdk melihat Kamil. Apa mba Intan ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku.

Cuma itu kemungkinan yg paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari kamarnya menemuiku yg masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dgn suara pelan nyaris berbisik.

“Ri, lo jangan bilang Ridwan ya kalo Intan kesini malam ini?”, katanya.

“Loh, kenapa?”, tanyaku heran.

“Pokoknya jangan deh”, katanya lagi tersenyum nakal.

“Iya tp kenapa? Emangnya ada apa?”, tanyaku lagi masih tdk mengerti.

“Gini aja deh. Lo jangan bilang Ridwan dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa”.

“Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah!”, kataku lagi.

Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan rencana “busuk” Kamil tp aku masih belum yakin. Apakah dia akan…..? Ah tdk, tdk mungkin. Kamil dan Ridwan berteman baik, tdk mungkin Kamil sampai tega melakukannya. Tp kalau soal urusan nafsu, siapa yg tahu. Ah sdhlah aku ikuti saja kemauan Kamil dan menunggu perkembangannya.

Kami berdua masuk kamar dan sebelum masuk kamar Kamil mengedipkan matanya padaku. Aku menunggu dgn berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya? Apakah Intan mau mengkhianati Ridwan ? Semudah itu? Dan bagaimana caranya? Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah? Wah…kalau benar begitu maka inilah malam dimana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Ridwan tahu? Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dgn harap-harap horny.

Hehehehe… Tdk sampai 1 jam rasanya aku mendengar suara-suara “aneh” dari kamar Kamil. Suaranya seperti suara rintihan yg teredam. Aku mendengar terus dgn seksama. Yak, aku yakin itu suara Intan dan sepertinya Kamil sdh berhasil menyetubuhinya. Aku mengenal dgn baik suara rintihan Intan jika sedang disetubuhi oleh Ridwan .

Tp kali ini bukan Ridwan yg melakukannya tp teman baiknya, Kamil. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu. Ada rasa bersalah terhadap Ridwan tp nafsuku lebih menguasaiku. Ini jg sebagai pelajaran bagi Ridwan yg suka memamerkan pacarnya sama kami. Lagian kan dia jg yg mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya. Duh, aku tdk sabar menunggu giliranku.

Sdh 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Intan dan sepertinya suara rintihan itu sdh hilang. Apakah mereka sdh selesai? Bagaimana kalau mereka tertidur? Wah…bisa-bisa aku gak “kebagian”. Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku. Aku mengetuk kamar Kamil dgn pelan. Tak lama aku dengar suara Kamil dari dalam kamarnya.

“Siapa?”, tanyanya pelan.

“Gue, Ridwan”, jawabku jg dgn pelan.

Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yg meski agak memerah tp tersenyum sumringah.

“Udah gak sabaran lu ye?”, katanya sambil membuka pintu lebar menyilahkan aku masuk.

Ternyata Kamil bertelanjang bulat dan tdk mengenakan apapun di tubuhnya. Badannya penuh keringat dan penisnya masih basah yg meski sdh agak melemas tp masih terlihat tegang. Namun yg paling menarik perhatianku adalah pemandangan yg tersaji di atas ranjang Kamil. Seorang mahluk cantik yg sangat seksi bertelanjang bulat dgn tubuh putihnya nan indah penuh dgn keringat yg memantulkan cahaya kamar sehingga memperlihatkan erotisme yg luar biasa.

Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yg memandangnya. Intan tersenyum agak malu melihatku. Dia merubah posisinya yg tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup memeknya. Dia jg berusaha menutup payudaranya dgn tangannya. Aku masih terdiam dan melongo. Beberapa kali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya. Tingkahku itu mungkin membuat Intanmenjadi grogi.

“Hey…kenapa bengong? Baru pertama lihat cewek telanjang ya?”, katanya lagi sambil cekikikan.

Kamil kemudian mendorongku,

“Udah situ…ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh”. Kamil dan Intantertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku.

Penisku memang sdh berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol. Aku memang tdk mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong. Kamil kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Kamil tdk tahu harus bagaimana. Intankemudian bangkit dari tempat tidur.

“Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Kamil banyak banget nih”, katanya.

Sewaktu Intan bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam memek Intan mengalir turun ke pahanya yg putih mulus itu cairan putih kental. Memek Intan terlihat agak melebar dgn warna kemerahan. Kamil hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya. Sewaktu Intan di kamar mandi, Kamil memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya.

“Buka dong baju lo semua”, kata Kamil kemudian.

Akupun menelanjangi diriku. Aku tdk perduli lagi disitu ada Kamil. Begitu aku menarik turun celanaku, penisku melenting keatas. Hal itu dilihat oleh Intan yg sedang melap memeknya. Dia tertawa,

“Duh…udah langsung gede gitu ya?”, katanya.

Dgn tubuh indahnya yg telanjang, Intan mendekat kearahku. Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan. Intan kemudian mengambil lotion ditasnya dan membalurkannya ke penisku yg sdh sangat keras. Rasanya nikmat penisku di gosok dgn tangan lentik Intanyg cantik itu.

“Mil…gemukan ini dari punya lo”, ujarnya sambil menatap Kamil. Kamil hanya tersenyum.

“Gitu ya?”, jawab Kamil.

“Kamu baring deh,” kata Intan kemudian.

Akupun baring di ranjang dan Intan kemudian mengambil posisi untuk memasukkan memeknya ke dalam penisku. Detik detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dgn seksama dan dalam kenikmatan yg senikmat-nikmatnya. Hehehehe…. Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yg montok itu dan memeknya pelan-pelan menelan penisku yg sdh berdiri dgn kerasnya. Aku melihat bagaimana bibir memek Intan membuka dan seolah menghisap penisku masuk ke dalamnya. Expressi Intan jg mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar. Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari penisku.

“Ehhhhgggg….duh gemuk amat sih nih burung”, katanya sambil mendesah.

Setelah memeknya menelan habis penisku, dia berhenti sejenak mengambil nafas.

“Kamu udah gak perjaka sekarang”, katanya menggodaku.

“Iya mba, makasih ya”, jawabku sambil mencium bibirnya.

Kisah Kenikmatan Dari Memek Pacar Sahabatku

Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik turun. Uuuuuggghhhh….nikmat benarrr.. Jadi ini yg disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi. Pantesan banyak orang yg ketagihan. Apalagi Intan sangat piawai menggoyang pantatnya. Kadang di maju mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik turunnya yg erotis itu. Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya. Secara insting, aku pun mencoba menghisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Intan sangat suka. Goyangannya kini ditambah dgn erangannya yg sangat merangsang itu. Rintihan Intan yg selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dgn sangat jelas di telingaku.

“Gimana rasanya?”,tanya Intandisela-sela goyangannya.

“Enak mba…enak banget”, jawabku.

“Kalau mau keluar bilang ya sayang”, katanya tersenyum.

Uh cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis. Aku sdh tdk perduli lagi dia pacar temanku. Aku jg tdk perduli ada Kamil disitu. Aku melirik sesaat ke arah Kamil. Aku lihat dia menggosok-gosok penisnya yg sdh membesar lagi. Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Intan yg maut, aku sdh sangat kesulitan menahan muntahan spermaku. Baru 5 menit aku digoyang, aku sdh tdk kuat lagi.

 

“Mba….aku….mau…ke…lu…arr…”. Intan segera menghentikan goyangannya dan mencabut memeknya dari penisku.

Aku agak kecewa jg karena rasa nikmatnya terputus tp ternyata Intan ingin menelan spermaku. Dia mengocok penisku dan menadahkan mulutnya dihadapan penisku. Karena sdh tdk tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yg keluar. Intan langsung mewadahi muntahan spermaku itu dgn mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yg ada dimulutnya. Saking banyaknya sampai ada beberapa yg mengalir keluar dari mulutnya.

“Sperma perjaka biar awet muda”, katanya sambil tersenyum.

Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas. Intan masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi penisku yg mulai melemas ketika Kamil bangkit dari kursinya dan mendekati kami. Dia berkata,

“Intan, kamu masih belum tuntas kan?”, tanyanya sambil memegangi penisnya yg ternyata sdh menegang kembali. “Huu..kamu tuh ya”, hanya itu komentar Intan sambil tersenyum melihat penis Kamil yg menghadap kearahnya.

Kamil pun mengambil posisi di belakang Intan dan Intan yg sdh tahu apa yg akan terjadi tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya. Kamil kemudian mengangkat pantat Intan agak tinggi dan menariknya kebelakang dgn agak kasar.

“Hey…pelan-pelan dong” ujar Intan setengah protes sambil tertawa.

Namun tawa Intan segera berhenti dan berubah menjadi

“Owwww….”, ketika Kamil menjebloskan penisnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya.

Kamil pun segera memompa tubuh indah Intan dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama. Aku yg berada di hadapan mereka melihat dgn jelas bagaimana ekspresi keduanya. Intan dgn mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yg terayun-ayun mengikuti pompaan Kamil. Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat,

“ah…ah…ah….”. Melihat pemandangan seperti itu, akupun jadi terangsang lagi dan penisku yg tadinya sdh lemas pelan-pelan mulai menegang kembali.

Akupun bangkit dan mengangsurkan penisku ke mulut Intan yg segera disambar oleh si cantik itu. Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi. Dibawah memeknya digenjot oleh batang Kamil dan diatas mulutnya disumpal oleh penisku.

Penisku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Intan yg tdk henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Kamil. Karena entotan Kamil itu, Intan jadi tdk konsentrasi dalam menghisap milikku. Terkadang dia menggantinya dgn kocokan tangan. Malah semakin lama ketika entotan Kamil semakin kencang, Intan hanya memegangi penisku tanpa diapa-apakan.

Karena posisi penisku yg begitu dekat dgn wajahnya maka penisku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja. Karena nampaknya Intan kesulitan menangani dua batang sekaligus maka aku pun mengalah. Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yg tadi diduduki oleh Kamil. Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yg semakin membara.

Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama. Genjotan Kamil semakin cepat sementara rintihan Intanjg semakin sering dan keras terdengar. Sampai akhirnya Kamil dgn suara agak tersengal berkata,

”Ran…gue…udah….mo…nyampe…”. Mendengar itu Intan memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yg ingin diperolehnya bersama.

Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yg keras Kamil membenamkan penisnya sedalam-dalamnya didalam memek Dewi. “Aaahh….”, teriak mereka hampir berbarengan.

Tubuh Intan bergetar hebat dan wajahnya menengadah dgn mata terpejam dan alis berkerut. Mulutnya terbuka lebar sambil memekik

“Aahh…Aaaahh…” berkali-kali. Pantatnya didorong-dorongkan kebelakang seolah ingin menelan habis seluruh batang Kamil yg masih tersisa.

Mereka mendapakan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan. Kamil mencabut penisnya lalu kemudian berbaring telentang disamping Intanyg masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Intan kemudian memutar badannya baring menelentang.

Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur. Aku yg masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dgn maksud untuk menuntaskan hasratku dalam memek Intan. Aku tdk perduli dgn Intan yg masih kelelahan. Aku naik keatas ranjang dan menempatkan penisku dihadapan memek Intan yg masih tertidur. Dari dalam memek itu mengalir cairan putih yg meski tdk sebanyak tadi tp masih cukup jelas terlihat.

Aku tdk tahu apakah Intan memang telah tidur atau berpura-pura saja karena ketika aku melap memeknya dgn baju Kamil yg ada diatas lantai, dia tdk bereaksi. Setelah aku yakin memek Intan sdh cukup kering, pelan-pelan akupun menusukkan penisku ke dalamnya. Ternyata dia tdk tidur karena meskipun matanya tertutup tp dia menggigit bibirnya. Akupun mengecup bibir itu ketika penisku telah terbenam seluruhnya. Dia membuka matanya sambil berpura-pura merajuk,

“Kamu tuh masukin barang tanpa minta izin”, katanya.

“Habis masih penasaran sih mbak”, ujarku sambil menciuminya dgn gemas.

Dia membalas ciumanku dan kita pun berciuman cukup lama sampai akhirnya dia melepaskannya dan berkata sambil tersenyum,

“Digoyang dong”. Akupun mulai menaik-turunkan pantatku dgn irama yg lambat.

Intan ini memang luar biasa, karena setelah bersetubuh berkali-kali pun, dia masih bisa mengimbangi gerakanku. Dia menjepitkan kakinya dipinggangku sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Awalnya aku mengayuh dgn pelan dan tenang namun seiring dgn bertambahnya rasa nikmat di penisku akupun meningkatkan tempo kayuhan pantatku. Nikmat yg tak mampu dilukiskan dgn kata-kata dirasakan penisku.

Nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhku yg membuat aku semakin cepat mengayuh kenikmatan diatas tubuh Intan pacar teman kostku itu. Aku semakin cepat menggenjotnya dan Intan pun semakin erotis dalam menggoyang pantatnya. Goyangan yg membuat penisku terasa dipilin dan diperas. Untungnya aku masih bisa menahan deraan kenikmatan yg ditimbulkan oleh jepitan memek Intan sehingga tdk sampai muncrat terlebih dahulu seperti tadi.

Kali ini aku bertekad untuk mengeluarkan spermaku dalam memek Intan agar proses kehilangan keperjakaanku menjadi lengkap. Demikianlah, pacuan kenikmatan yg ditimbulkan oleh maju-mundurnya penisku dan goyang “dangdut” pantat Intan berlangsung cukup lama. Kami tdk perduli lagi dgn Kamil yg telah tertidur disamping kami dan orangtua Ridwan di kamar sebelah. Intan mulai lagi mengeluarkan rintihan-rintihan birahinya.

Sampai akhirnya dia memegangi kedua bongkah pantatku dan mengatur gerakan pantatku agar penisku menggosok daerah tertentu dalam memeknya. Daerah yg agak kasar dan menonjol dalam memeknya namun menimbulkan efek yg lebih nikmat bagi kepala penisku. Hal itu semakin menyulitkan aku dalam menahan desakan di ujung penisku. Karena merasa akan segera keluar, aku mempercepat sodokanku dan ternyata hal itu mempercepat Intan untuk mencapai puncak kenikmatannya. Sodokan-sodokan cepat yg aku lakukan membuat rintihan Intansemakin keras pertanda semakin dekatnya dia dgn puncak kenikmatannya. Akhirnya saat itu tiba. Dgn satu teriakan keras,

”Aaaah….”, tubuhnya mengejang dan memelukku erat. Dia mencengkeram pantatku dan menempelkan dgn ketat tubuhnya ke tubuhku. Kakinya menjepit pinggangku dgn kuat.

Aku merasakan memeknya berkedut dgn kuat dan membanjiri penisku. Kedutan memek Intan itu membuat penisku serasa diremas-remas dan benar-benar membuatku tak mampu menahan muntahan di penisku. Akhirnya penisku memuncratkan isinya bersamaan dgn remasan memek Intan terhadap penisku. Penisku yg sedang menumpahkan isinya itu ditambah dgn kedutan kuat memek Intan yg menjepitnya menjadi nikmat ganda yg baru pertama kali aku alami dalam hidupku.

Nikmatnya bukan alang kepalang. Rasanya aku dilempar ke sebuah tempat yg dalam tak bertepi. Pandangan mataku gelap dan tiap kali deraan kenikmatan itu datang rasanya aku seperti melihat titik cahaya dalam kegelapan itu. Benar-benar sebuah kenikmatan yg luar biasa. Rangkaian kenikmatan demi kenikmatan yg melanda diriku yg diakhiri dgn muncratnya spermaku di dalam memek Intan menyempurnakan hilangnya keperjakaanku malam itu. Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Intan. Aku mencium bibirnya dgn mesra dan sayang.

“Makasih mba”, ungkapku jujur padanya.

Dia hanya tersenyum dan balas menciumku. Sebenarnya aku jg harus berterimakasih pada Kamil yg telah mengatur semua ini. Tp dia telah tertidur disamping kami dan sdh tdk perduli lagi pada aktivitas kita. Aku mencabut penisku dan menggelosoh turun dari tubuh Dewi. Spermaku tumpah keluar dari dalam memeknya dan lumayan banyak mengalir melalui rekahan pantatnya. Aku berbaring disampingnya dgn tubuh lunglai. Jam telah menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya sdh sejam lebih aku dikamar Kamil. Kami sama-sama terdiam dan Intan tak lama kemudian tertidur. Aku sendiri masih berbaring dalam keheningan mengingat-ngingat kembali malam yg luar biasa ini.

Meski ukuran ranjang Kamil cukup besar tp tak urung terasa sempit jg. Apalagi ventilasi di kamar Kamil tdk sebaik di kamarku karena terletak ditengah antara kamarku dan kamar Ridwan sehingga jumlah jendela lebih sedikit dari kamarku. Untungnya udara malam Bandung membuat kami tdk terlalu kegerahan. Maklum hanya ada kipas angin yg menemani kami. Aku yg tdk bisa tidur akhirnya memutuskan untuk balik ke kamarku. Sewaktu bangkit untuk mengenakan baju aku terangsang melihat Intan yg tertidur dalam ketelanjangannya. Aku berpikir untuk mengajak Intan ke kamarku. Siapa tahu saja aku bisa menyetubuhinya lagi. Aku tdk jadi mengenakan bajuku dan dgn tetap bertelanjang aku bangunkan Intan.

“Mba….mba…mba”, kataku berusaha membangunkannya sambil menjawil-jawil pipinya. Dia akhirnya terbangun.

“Dikamarku aja yu mba. “, kataku ketika dia terjaga.

Dia menggeliat sehingga membusungkan dadanya yg membuat nafsuku bangkit kembali. Pelan-pelan penisku membesar kembali.

“Emang kenapa Ri? “, tanya Intanmalas.

“Disini panas dibandingkan kamarku. Lagian mas Ridwan sering ke kamar ini. Dia kan akrab sama mas Kamil. Kalau ntar atau besok, mas Ridwan pulang terus ngetuk kamar ini, gimana?”, ujarku memberiku alasan. Alasan yg tdk dibuat-buat dan memang masuk akal kok.

“Gitu ya, Ri?” ujar Intansetengah khawatir. Dia bangkit.

“Ya udah deh ke kamar kamu aja. Tp aku jangan diapa-apain lagi ya”, pintanya.

“Iya yuk…”, jawabku sekenanya.

Dalam hati aku tdk menjamin akan memenuhi permintaannya. Untungnya dia tdk melihat penisku yg sdh tegak karena aku menutupinya dgn kaos oblong dan celana pendekku yg kupegang dgn tangan. Sepatu hak tinggi miliknya yg terletak di dekat pintu pun diangkatnya.

Dia mengambil tasnya dan memungut bra, kaos oblong, dan celana dalam miliknya yg tergeletak dilantai. Dia ingin mengenakannya.

“Duh…mba, gak usah. Disebelah aja biar cepet.”, kataku melarang.

“Kamu tuh kaya Kamil aja. Satu perguruan sih ya?”, jawabnya sambil tersenyum.

Aku agak bingung jg dgn kata-katanya.

“Ya udah deh yuk. Gak ada orang kan diluar?”, lanjutnya.

“Gak ada.”, jawabku sambil mengintip keluar.

“Udah kan? Itu aja? Jeansnya mana?”, tanyaku heran melihatnya memegangi semua baju dan tasnya tp tanpa jeansnya.

Seingatku tadi dia datang ke rumah ini mengenakan jeans. Lucu sekaligus merangsang deh melihat Intan dalam keadaan seperti itu. Dia menggantung tasnya di bahu tp bertelanjang dan hanya memegangi baju-bajunya.

“Gak sempat dikeluarin dari kamar Ridwan . Keburu ortu Ridwan datang. Tp sama Kamil sdh diumpetin dalam dos pembungkus tape recordernya punya Ridwan yg ada dibawah tempat tidurnya. Duh…harus segera diselamatkan tuh kalau enggak bisa kacau nanti.”, jawabnya.

“Oh iya…besok begitu Ridwan pergi kita langsung keluarin tuh. Lagian tanpa itu gak bisa pulang kan?”, jawabku.

Aku mulai bisa menebak bagaimana awalnya tadi hingga akhirnya Intan bisa kami setubuhi malam itu.

Aku pun membuka pintu dan setengah berlari ke kamarku disebelah yg tdk terlalu jauh. Intan segera mengikutiku jg dgn setengah berlari. Sampai di kamarku, dia melihat sekeliling dalam kamarku sambil terlihat hendak mengenakan bajunya. Namun segera kucegah. Aku menarik tubuhnya kearahku dan mendekapnya.

“Ri…kamu mau ap…”, dia tdk bisa menyelesaikan kata-katanya karena aku mencium bibirnya erat.

Awalnya dia diam saja namun akhirnya membalas mesra ciumanku. Aku menarik lepas baju-baju, tas dan sepatu yg dipegangnya. Kami pun berciuman bertelanjang bulat sambil berpelukan erat. Intan pasti tahu bahwa aku menginginkannya lagi dari penisku yg sdh tegak dan menunjuk perutnya.

Aku kemudian mematikan lampu kamar agar kalaupun ada yg mengintip tdk akan bisa melihat kegiatan kami. Itupun dgn tirai jendela yg masih tertutup sehingga tak akan mungkin orang luar untuk melihat keadaan di dalam. Kami hanya mengandalkan lampu luar lewat jendela atas untuk penglihatan. Selesai berciuman, aku berjongkok menjilati memeknya sambil tanganku meremas-remas payudaranya. Intan nampak sangat menikmatinya. Dia berpegangan ke dinding kamar untuk menyanga tubuhnya yg sedang merasakan kenikmatan. Akhirnya setelah sama-sama terangsang kami pun mulai mengambil posisi untuk bercinta kembali. Intan aku minta menungging di kursi kamarku dan wajahnya ke arah tirai jendela.

Singkat kata, kami pun bercinta dalam posisi doggy style. Tangan Intan berpegangan pada sandaran kursi ataupun pegangan tangan kursi. Sementara pantatnya bergerak maju-mundur berlawanan arah dgn gerakan maju-mundur penisku dalam memeknya. Kadang diputar-putarnya membuat penisku terasa diremas-remas namun nikmatnya benar-benar menggetarkan. Intan pun sangat menikmatinya terdengar dari suaranya yg terus saja merintih-rintih nikmat.

Selagi kami bercinta dalam posisi itu, tiba-tiba kami mendengar gerbang belakang rumah di buka. Tdk lama gerbang itu ditutup kembali dan terdengar langkah orang menaiki tangga. Tdk salah lagi Ridwan sdh pulang dan demi mendengar pacarnya pulang Intan menghentikan gerakannya. Tubuhnya terasa tegang dan dia diam dalam gelap. Aku yg sedang berada dalam kenikmatan tdk memperdulikannya dan terus saja memompa memek pacar Ridwan tersebut.

“Ri…berhenti dulu dong, nanti kedengaran Ridwan ”, katanya berbisik.

“Enggak mungkin mba…asal kita gak bersuara, gak akan kedengaran”, jawabku berbisik pula tanpa menghentikan gerakan maju-mundurku.

Aku mendengar suara Ridwan duduk di kursi tempat aku dan Kamil mengobrol tadi. Dia pasti mau melepas sepatunya sebelum masuk ke kamar. Itu kebiasaan kami semua yg kost disini. Tiba-tiba timbul pikiran iseng dan nekatku. Tirai yg menutup jendelaku aku tarik kesamping sehingga kami bisa melihat apa yg dilakukan Ridwan .

“rid…ngapain kamu?”, Intan terpekik tertahan.

“Biar kelihatan mas Ridwan lagi ngapain mba, jadi kita bisa jaga-jaga kalau dia mendekat ke kamar ini, ” jawabku sekenanya untuk menenangkannya. Untuk sementara aku menghentikan pompaan penisku.

“Iya tp …” ,Intan berusaha untuk protes namun segera aku bungkam dgn mulutku. Kami pun berciuman mesra kembali.

“Kamu tuh ya, nekat dan nakal,” ujar Intansetelah aku melepaskan ciumanku.

Dari cahaya yg berasal dari luar jendela, aku melihat senyum manis Intan diwajahnya yg cantik ketika dia mengatakan itu.

Tiba-tiba aku menghentakkan kembali penisku ke dalam memeknya.

“Owww…uhhhh…kamu tuh….ah….”, reaksi Intan ketika aku melakukan itu. Dia tdk berani untuk merintih keras karena di depan kamar pacarnya masih sedang duduk dikursi.

“Jangan dulu dong Ri, nanti …”, kata Intan sambil berusaha memegang pinggangku.

Tp aku tdk perduli. Aku pun terus saja memompanya. Intan sdh tdk berdaya dalam situasi seperti itu. Malah akhirnya dia membalas goyanganku dan menikmatinya kembali meski pacarnya masih ada di dekat situ. Kami bercinta sambil mengamati kegiatan Ridwan yg sedang membuka sepatu dan jaketnya. Dalam jarak kurang dari 3 meter, Ridwan tdk menyadari bahwa Intan pacarnya sedang asyik memadu kenikmatan ragawi sambil menikmati batang lelaki lain yg masih merupakan sahabatnya.

Entah apa yg ada dalam pikiran Ridwan karena setelah selesai membuka sepatunya pun dia masih duduk-duduk di kursi itu. Dia seperti sedang memandang ke arah kami. Tp sebenarnya tdk demikian karena kursi yg didudukinya memang mengarah ke kamarku.

“Dia kaya ngeliatin kita ya mba…”, kataku di sela-sela persetubuhan kami.

“I…yaa…”, jawab Intancuek diantara desahannya.

“Kalau dia ternyata emang ngeliatin gimana?”, godaku.

“Udah…ah… rewel… ******* ya ******* aja..”, jawab Intan berpura-pura kesal.

Sementara kami berdua sdh semakin mendekati puncak kenikmatan kami. Gerakan maju-mundur pantatku semakin cepat sementara putaran pantat Intanjg semakin intensif.

“Mba…aku… udah… ham….pirr…”

“Bareng Ri…bareng… aku…jg…hampir…”

Kami berpacu lebih hebat lagi membuat kursi kamar agak berderik. Kami tdk perduli dgn bunyi itu dan dgn Ridwan yg masih duduk di depan kamarku. Dan akhirnya setelah tdk mampu menahan kenikmatan yg terus mengumpul di ujung penisku, dgn satu hentakan keras, aku menumpahkan berliter-liter lahar panas di dalam liang kenikmatan Intan.

Aku menekan erat pantatku dan menanamkan penisku sedalam-dalamnya di tubuh Intan. Pada saat bersamaan, Intan menarik wajahku dan menciumku erat sekali.

“Mmmmmmmmm……..”, dia memekik tertahan karena mulutnya tersumpal mulutku.

Dia jg sdh sangat dekat dgn orgasmenya. Badannya bergetar menandakan gelombang orgasmenya mulai datang. Dia melepaskan ciumannya sambil berteriak pelan “Aaaahh” dan menghentakkan pantatnya ke belakang membuat memeknya menelan lebih jauh penisku. Dia orgasme lagi. Kami mencapai puncak secara hampir bersamaan. Badai kenikmatan yg luar biasa kembali kami arungi.

Kalau tdk karena ada pacarnya di luar kamarku tentu Intan sdh kembali memekik bebas karena orgasmenya tersebut. Namun dia hanya menahan suaranya dan kemudian menggigit bantalan sandaran kursiku yg empuk. Badan kami berdua bergetar oleh nikmatnya puncak persetubuhan kami. Penisku yg terus menerus berkedut sambil memuntahkan isinya sedang dijepit oleh memek Intan yg menghisap kuat penisku. Untuk yg kesekian kalinya aku merasakan kenikmatan seks yg luar biasa malam itu. Jiwaku serasa dibawa terbang melayg karena kenikmatan yg kualami itu.

Dan ketika akhirnya kenikmatan itu berakhir aku seolah dihempas kembali ke bumi dalam keadaan letih namun sangat damai. Aku tdk menyadari kapan Ridwan masuk kamarnya tp dia sdh tdk ada di depan kamarku. Sementara itu Intan sdh tertunduk lemas di sandaran kursiku dan tdk bersuara apapun lagi. Dia jg pasti telah sangat lelah setelah berkali-kali orgasme malam ini dgn 2 orang pria.

Aku mencabut penisku dan cairan spermaku tumpah keluar dari dalam memeknya. Cukup banyak hingga mengalir di pahanya. Aku ambruk diatas karpet sementara Intan masih dalam posisi menunggingnya dgn kepala yg bersandar diatas sandaran kursiku. Tak lama diapun bangkit dan pindah ke ranjangku. Dia berbaring di ranjangku tanpa berkata apa-apa lagi. Aku yg masih terbaring lemas diatas karpet jg hanya terdiam.

Mungkin karena saking letihnya tdk begitu lama aku mendengar dengkuran lembut cewek itu. Aku pun menyusul pindah ke atas ranjangku bergabung dengannya. Sebelum tidur aku mencium lembut bibirnya dan berbisik pelan

“Makasih ya mba. Malam ini luar biasa banget”. Sepertinya dia masih mendengarku karena dia berkata “mmm” sebagai respon kata-kataku. Akupun berbaring disampingnya dan tak menunggu lama akupun ikut tertidur.

Paginya aku terbangun sekitar pukul 8. Begitu aku membuka mata, aku melihat wajah cantiknya yg sangat alami yg masih tertidur disampingku. Dgn rambut awut-awutannya malah semakin menambah kecantikan alaminya. Posisiku sendiri sedang memeluknya. Aku merasakan penisku yg sdh terbangun kembali menempel ditubuhnya entah di bagian mana dari tubuh Intant mungkin dipahanya. Aku benar-benar beruntung bisa mendapatkan cewek secantik dan seseksi ini. Apalagi dgn permainan seksnya yg luar biasa benar-benar cewek yg ideal sebagai pelepas keperjakaanku. Hehehehehe…

Aku tdk ingat kapan menutup tubuh kami tp yg jelas tubuh kami berdua tertutup selimut. Mungkin mba Intan yg melakukannya karena biasanya suhu akan sangat dingin menjelang subuh. Aku membuka selimutku dan bangkit menuju kamar mandi. Sempat tersingkap tubuh indahnya yg membuat aku bernafsu untuk mengentotnya lagi, apalagi penisku memang sedang mengacung tegak. Tp melihat keadaannya yg tertidur pulas dan damai, aku jadi tdk tega. Aku pun meneruskan melangkah ke kamar mandi lalu bersih-bersih disitu.

Cukup lama aku di kamar mandi dan setelah selesai akupun balik ke tempat tidur lagi untuk bermalas-malasan. Siapa tau bisa mengentot Intan lagi, pikirku. Ternyata dia telah bangun tp masih berbaring dibawah selimutnya. Dia seperti sedang bengong memikirkan sesuatu tp dia tersenyum melihat penisku yg sdh berdiri lagi.

“Pagi mba…”, kataku sambil mencium bibir mungilnya.

“Mba sekali lagi makasih ya buat malamnya yg luar biasa”, kataku kembali.

“Iya…..”, jawabnya tersenyum, “tp ini kenapa nih?”, tanyanya kemudian sambil menunjuk penisku.

“Ooh…ini? Biasa deh kalo pagi dia suka duluan bangun. Apalagi kan dia tau dia belum dapat jatah pagi”, jawabku sambil menggoda Intan.

“Huuuu….. maunya!”, jawab Intan sambil memonyongkan bibirnya.

Melihat itu aku segera menyergap bibirnya dan bergerak menindihnya. Aku bermaksud untuk menyetubuhinya lagi tp segera ditahan oleh Intan.

“Ri..ri…ntar dulu Ri, ambilin jeansku dulu dong di tempat Ridwan .”, katanya.

“Aku musti segera pulang takutnya dia ke tempat kostku nanti.”, lanjutnya kemudian.

Akupun mengurungkan niatku dan ikut memikirkan kata-kata Intan.

“Dia masih dikamarnya nggak ya?”, kataku setengah bertanya.

“Nah itu dia aku gak tau. Aku enggak denger suara apa-apa diluar jg disebelah di kamarnya Kamil.”, jawab Intan kebingungan.

“Oke gini deh aku keluar dulu liat situasi. Kalau ada kesempatan aku masuk ke kamar Ridwan terus ambil jeans mba. Mba punya kuncinya kan?”

“Ada ditasku. Untung semalam sempat aku bawa keluar, kalau enggak wah kacau..”.

Akupun bangkit dan mencari tasnya. Setelah aku temukan, aku mencari kunci itu dan segera aku menemukan kunci kamar Ridwan didalamnya.

“Oke mba aku keluar deh liat situasi tp….”, aku sengaja menghentikan kata-kataku.

“Tp apa?”, kata Intanpenasaran.

Aku tdk menjawab tp hanya tersenyum menggodanya. Sepertinya dia sdh menangkap maksudku terlihat dari tatapan matanya yg berpindah ke penisku yg sedang mengacung tegak.

“Duuuhh… nanti aja dong”, katanya membujukku.

“Mba…gak enak kan mba kalau dilihat orang ada bagian yg menggelembung.”, kataku memberi alasan sekenanya.

“Ini dulu dong dikecilin..”, kataku kemudian sambil menunjuk penisku.

“Ih… kamu tuh!! Dasar perjaka!! Sini…”, ujar Intanberpura-pura marah.

Aku pun mendekatinya. Dia pun bangkit duduk sehingga selimutnya terlepas dan memperlihatkan keindahan tubuhnya.

“Di oral aja ya. Aku masih cape dan memekku agak perih nih dijeblosin dua batang semaleman…”, katanya lagi sambil memegang penisku ketika aku sdh berada di hadapannya.

“Ya udah gapapa.”, jawabku meski sebenarnya aku lebih suka jika penisku di masukkan ke dalam memeknya.

“Tp nanti kalau udah ketemu jeans mba, aku mau ini ya?”, lanjutku sambil memegang memeknya.

“Iya gampang…”, katanya sambil mulai menghisap penisku.

Diapun mulai mengoralku. Namun karena tdk senikmat memek maka aku sulit untuk ejakulasi. Intan yg sdh tdk sabaran akhirnya memintaku memasukkan saja penisku ke memeknya. Sebelumnya aku diminta membasahi memeknya terlebih dahulu agar penisku mudah masuknya. Akhirnya pagi itu akupun ejakulasi kembali di dalam memeknya.

Singkat kata aku berhasil “menyelamatkan” jeans Intan dr kamar Ridwan dgn bantuan Kamil yg mengajaknya keluar. Intan pun bisa pulang ke kost-annya dan Ridwan sama sekali tdk mengetahui pengalaman hebat pacarnya itu. Sebelum pulang Intan masih sempat menghadiahi aku dgn sebuah persetubuhan yg indah di kamar mandi dalam kamarku. Orangtua Ridwan sendiri pulang keesokan malamnya setelah tanpa sengaja “membantu” kami mendapatkan Intan.

Sampai lulus kuliah dan menjelang menikah pun Intan masih sering “bermain” dgn aku dan Kamil. Kadang bertiga tp lebih sering berduaan saja. Capek kata Intan kalau harus meladeni kami berdua sekaligus. Sewaktu belum lulus hampir semuanya dilakukan di kost-an kami. Biasanya pada saat dia main ke tempat Ridwan , kita memanfaatkan waktu tersebut untuk mencuri-curi kesempatan ngentot apalagi kalau Ridwan sedang tdk ada di kamarnya. Wah sdh kaya piala bergilir deh dia. “Beli satu dapat tiga”, kalau kata Intan.

Di akhir semester itu sewaktu libur panjang, Ridwan mendapatkan kesempatan kerja praktek di Balongan sedang Kamil ikut acara kampus di luar negeri. Intan bolak-balik ke kost-an Ridwan untuk mengerjakan TA-nya dan TA Ridwan . Aku yg mustinya pulang liburan membatalkan rencana tersebut dan memutuskan “menemani” Intan selama Ridwan dan Kamil tdk ada. Jadilah aku dan Intan menikmati “bulan madu” selama dua minggu di kost-an. Kita entot-entotan tanpa henti selama 2 minggu tersebut kecuali Sabtu sore dan Minggu ketika Ridwan datang. Benar-benar pengalaman indah dan erotis yg tak terlupakan.

Beberapa saat kemudian Intan hamil, entah oleh Ridwan , Kamil, maupun aku, namun Ridwan selalu bisa menyelesaikan masalah itu dan dia tdk tahu kalau bibit itu tdk selalu dari dia. Menurut pengakuan Intan padaku, lelaki yg pernah berhubungan badan dengannya adalah pacarnya waktu tahun kedua yaitu kakak kelasnya ( lelaki yg mendapatkan keperawanannya ), kami bertiga, adik ibu kostnya, atasannya, pacar bulenya ( yg kemudian menikahinya ) dan pernah dgn salah satu dosen di kampusnya. Dosen itu tdk mau meluluskannya karena nilai ujiannya yg buruk namun akhirnya meluluskannya setelah merasakan nikmatnya memek Intan.

Baca juga : Keganasan Dari Ibu Kost Yang Haus Akan Sex 

Intan sendiri akhirnya tdk jadi menikah dgn Ridwan dan menikah dgn seorang bule Australia. Kini dia tinggal disana dan terakhir kabarnya mereka akhirnya punya anak 1 setelah lama menikah. Ridwan sendiri menikah dgn seorang cewek Jakarta yg dikenalkan oleh tantenya. Sedang Kamil menikah dgn adik kelas Intan

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup