Lensa69

Pembantuku Pemuas Nafsuku

Pembantuku Pemuas Nafsuku

Umurku yang sudah menginjak kepala tiga saat ini sudah beristri dan mempunyai 3 orang anak aku tinggal di pinggiran kota Jakarta, orang tuaku tinggal di perumahan yang elite tak jauh dari rumahku, bisa dibilang bercukupan sehingga dia bisa mempekerjakan seorang pembantu dirumahnya, lha didalam cerita ini pembantu itu pemeran utama dalam ceritaku. Simak cerita berikut ini.

Bapakku baru dua bulan yang lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Anjasmani, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Anjasmani berumur 26 tahun, dia masih belum bersuami.

Wajahnya tidak cantik, bahkan giginya agak tonggos sedikit, walaupun tidak bisa disebut jelek juga. Tapi yang menarik dari Anjasmani ini adalah bodynya, seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah agak melar.

Hari itu, karena kurang enak badan, aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB, sampai di rumah, kudapati rumahku kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku pasti sedang sekolah semua. Aku pun mencoba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku.

Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.

Sampai di rumah ibuku, ternyata disana pun kosong, cuma ada Anjasmani, sedang memasak.

Kutanya Anjasmani, “En, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?”

“Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya” jawab Anjasmani.

“Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?” Tanyaku lagi.

“Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)”

“Oooh” sahutku pendek.

“Masak apa mbak? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.

“Ini Pak, sayur sop”

Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.

“Pak Irwan ngeliatin apa sih” Tanya Anjasmani.

Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,

“Ngeliatin pantat kamu mbak. Kok bisa seksi begitu sih jass?”

“Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede”

“Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu”

“Lain gimana sih Pak?” tanya Anjasmani, sambil matanya melirik kearahku.

Aku yakin, saat itu memang Anjasmani sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.

Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, “Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos”

“Terus, kalo saya gimana Pak?” Tanyanya sambil melirik genit.

Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.

Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Anjasmani yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.

“Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang”, jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.

“Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang” sahut Anjasmani, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, aku pun yakin bahwa Anjasmani memang minta aku ‘apa-apain’.

Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya.

Adduuhh, rasanya enak sekali karena Anjasmani memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Anjasmani yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.

“Apaan nih Pak, kok keras? tanya Anjasmani genit.

“Ini namanya sonny, sodokan nikmat” sahutku.

Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Anjasmani pun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku.

Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Anjasmani sedikit menggelinjang dan mendesah, “Aaahh, Pak” sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku.

Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Anjasmani).

Sekitar lima menit, kuturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian memeknya.

Kusentuh memeknya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, “Ssshh, aahh,

Pak Irwan, paak.. jangan di dapur dong Pak”

Dan akupun menarik tangan Anjasmani, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.

Sesampai di kamarnya, Anjasmani langsung memelukku dengan penuh nafsu, “Pak, Anjasmani sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak”

“Kok nggak bilang dari dulu?” tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.

Dan.. aku pun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.

Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Anjasmani tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana pAnjasmaningku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi.

Kurasakan kehangatan kulit tubuh Anjasmani meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, “Aahh, Bapak”.

Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Anjasmani yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Anjasmani ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Anjasmani yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Anjasmani.

Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.

“Pak, jangan diliatin aja dong, Anjasmani kan malu” Kata Anjasmani.

Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirku pun menyentuh vagina Anjasmani yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Anjasmani menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya.

Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.

“Anjasmani, memek kamu indah sekali, sayang”

“Pak Irwan suka sama memek Anjasmani? tanya Anjasmani.

“Iya sayang, memek kamu indah dan seksi, baunya juga enak” jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Anjasmani.

“Mulai sekarang, memek Anjasmani cuma untuk Pak Irwan” Kata Anjasmani.

“Pak Irwan mau kan?”

“Siapa sih yang nggak mau memek kayak gini?” tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.

Anjasmani terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.

“Oooh, sshshh, aahh.. Pak Irwan, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Irwan sayang”

Pembantuku Pemuas Nafsuku

Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas”Pak Irwan.. aahh, Anjasmani nggak kuat Pak.. sshh”Kurasakan kedua paha Anjasmani menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Anjasmani menjadi semakin basah.

Anjasmani sudah mencapai orgasme yang pertama. Anjasmani masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Anjasmani sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.

Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Anjasmani sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku.

Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Anjasmani terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.

“Pak Irwan, Anjasmani masukin sekarang ya Pak?” pinta Anjasmani.

Aku mengangguk, dan dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga.

Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Anjasmani memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.

Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Anjasmani. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Anjasmani. Ketika kutekan agak keras, Anjasmani sedikit meringis.

Sambil membuka matanya, dia berkata, “Pelan dong Pak Irwan, sakit nih, tapi enak banget”. Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.

Kami terdiam dulu, Anjasmani menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali.

Luaar Biasaa! Kemaluan Anjasmani menyedot kemaluanku!

Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Anjasmani pun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Anjasmani. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya.

Anjasmani merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yang besar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.

Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Anjasmani yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Anjasmani ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.

Lalu kusuruh Anjasmani tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Anjasmani.

Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Anjasmani yang sangat indah itu.

Dan, sekali lagi aku pun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Anjasmani.

Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.

“Anjasmani, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang”, kataku pada Anjasmani.

“Iya Pak, Anjasmani juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Irwan.., cepetin dong genjotannya Pak” pinta Anjasmani.

Aku pun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Anjasmani yang luar biasa itu, Anjasmani mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang pAnjasmaning, tubuhku mengejang.

“Anjasmani, hh.. hh, aku keluar sayaang”

Muncratlah air maniku ke dalam vaginanya. Di saat bersamaan, Anjasmani pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.

“Pak Irwaan, Anjasmani juga keluar paakk, sshh, aahh”.

Aku terkulai di atas tubuh Anjasmani. Anjasmani masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.

“Anjasmani, terima kasih yaa, memek kamu enak sekali” Kataku.

“Pak Irwan suka memek Anjasmani?”

“Suka banget, abis ada empot ayamnya sih” jawabku sambil mencium bibirnya.

Kembali kami berpagutan.

“Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?” pancing Anjasmani.

“Jauh lebih enak kamu sayang”

Anjasmani tersenyum.

“Jadi, Pak Irwan mau lagi dong sama Anjasmani lain kali. Anjasmani sayang sama Pak Irwan”

Cerita sex : Karena Sange Di Tempat Fitness

Aku tidak menjawab, hanya tersenyum dan memeluk Anjasmani. Pembantu ibuku yang sekarang jadi kekasih gelapku.

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup