Lensa69

Ternyata Diperkosa Itu Tidak Selamanya Tidak Enak

Lebih dari 2 tahun aku bekerja sebagai pembantu rumah tangga, majikanku ini terkenal kaya dan baik apalagi dia adalah kepala desa dan disegani oleh masyarakatnya, majikanku ini bernama Bapak Budi, selama bekerja disini aku merasakan enak tidak enaknya menjadi pembantu, dan kejadian selama tinggal disini aku pernah diperkosa.

Malam itu sangat panas sekali aku mau tidur aja susah kemudian aku bukalah jendela kamarku supaya anginnya masuk ke kamarku dan aku berganti pakaian dengan daster tipis aku mennyalakan kipas anginnya baru aku bisa tertidur pulas. Yang membuat aku bingung pada waktu itu aku malah bermimpi dengan sopir pribadinya Bapak Budi.

Namanya Pak Jansen dalam mimpiku dia mendatangiku dan memelukku tanpa pakain dan telanjang total, walaupun usianya yang sudah tua tapi badannya itu yang kekar seperti orang kebanyakan fitnes, beliau mempunyai tubuh yang kekar dan berotot.

Dan yang membuatku geli adalah buah terong yang menggantung indah di pangkal pahanya. Ih, begitu menggemaskan.Perlahan-lahan beliau mendekatiku dan langsung meremas remas buah dadaku yang telah terbuka bebas.

Entah kenapa belaian Pak Jansen terasa begitu nyata, seperti bukan dalam mimpi. Bahkan ketika bibir tebalnya mulai melumat kupingku aku sempat tersentak dan perlahan-lahan terjaga dari tidurku. Namun betapa terkejutnya aku saat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Ternyata apa yang aku rasakan tadi bukan sekedar mimpi. Dihadapanku ternyata benar-benar ada sosok Pak Jansen yang memeluk tubuhku.Pak Jansen! Apa yang Bapak lakukan? Aku mendorong tubuh Pak Jansen kuat-kuat sehingga dia terjengkang ke belakang.

Segera aku menutupi tubuhku yang ternyata juga nyaris telanjang dengan selimut.Tenang, Lis! Sudah lama aku memendam nafsuku terhadapmu! Kembali Pak Jansen mencoba merengkuh tubuhku. Namun kembali aku mendorong tubuhnya kuat-kuat ke belakang.

Pergi! Bentakku.Atau saya akan teriak!Silahkan teriak! Percuma saja kamu teriak. Karena tidak akan ada orang yang mendengarmu. Apa kamu lupa, Pak Budi dan keluarga tadi sore sudah berangkat ke Bandung untuk liburan! Jadi lebih baik kamu turuti saja keinginanku!Pak Jansen tersenyum sinis.

Aku semakin ketakutan ketika Pak Jansen kembali mendekatiku. Segera saja aku melompat dari ranjang dan mencoba berlari ke arah pintu dengan kondisi telanjang. Namun sial! Aku kalah cepat dengan Pak Jansen.

Dengan cepat, ia menyergapku dari belakang dan menghimpitkan tubuhku ke arah dinding. Kedua tangannya mencengkeram kuat lenganku ke atas tembok, sedangkan kedua kakinya mengunci kakiku sehingga aku sulit untuk bergerak.

Aku mencoba untuk meronta sekuat tenaga. Namun percuma, tenaga Pak Jansen memang jauh lebih kuat dibandingkan tenagaku yang hanya seorang wanita. Semakin kuat aku meronta, semakin kuat cengkeraman Pak Jansen di Tubuhku.

Tolong, Pak! Lepaskan saya! aku menangis dan mengemis kepada Pak Jansen. Namun percuma saja. Beliau tidak mendengarkan perkataanku. Bahkan dengan liar Pak Jansen menghunjamiku dengan ciuaman mautnya.

Lama kelamaan tanagaku terkuras habis. Tubuhku menjadi lemas. Aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan hanyalah pasrah dan menuruti aturan mainnya Pak Jansen.Perlahan-lahan cengkeraman Pak Jansen mulai mengendor.

Perlakuannya yang semula kasar mulai melunak dan berubah menjadi lembut. Bahkan aku mulai masuk dalam permainannya ketika dengan lembut Pak Jansen mulai menggesek-gesekkan batan kejantanannya ke atas pahaku.

Seketika itu kakiku terasa lemas dan lunglai. Aku tak kuat lagi menopang berat badanku sendiri, sehingga aku mulai terkulai. Namun dengan sigap, Pak Jansen segera menangkap tubuhku, mengangkatnya lalu membopongku ke atas ranjang.

Sesaat terlintas di wajah Pak Jansen sebuah senyum kemenangan. Kemudian dengan lembut ia mulai melumat bibirku. Entah kenapa aku tidak kuasa untuk menolaknya. Bahkan ada dorongan kuat dari dalam diriku untuk membalas lumatannya itu.

Nah, begitu dong Rin! Kalau begini kan lebih enak! kata Pak Jansen senang.Aku tersenyum tersipu-sipu.Bapak benar, mungkin lebih baik saya menuruti bapak dari pertama tadi. Lagipula, sudah lama juga saya tidak mendapatkan sentuhan laki-laki.

Kembali Pak Jansen tersenyum senang.Trus, ngapain kamu tadi pake coba berontak, Rin?”Tadi saya cuma kaget saja. Di balik penampilan bapak yang bersahaja, kok tega-teganya bapak mencoba memperkosa saya.

Tapi, ah sudahlah! Yang pentingkan sekarang saya sudah menjadi milik Bapak!Kembali Pak Jansen mulai mencumbuku. Ciumannya mulai merambat melalui leherku kemudian turun ke buah dadaku. Kumis tebalnya yang kasar menyapu kulit dadaku sehingga menimbulkan sensasi tersendiri yang semakin membuatku serasa terbang ke angkasa.

Ciuman dan jilatan Pak Jansen terus bergerak turun. Sementara tangan kirinya meremas-remas buah dadaku, tangan kanannya tengah sibuk di pangkal pahaku membuat pilinan-pilinan yang kurasa nikmat.Oh, Pak Jansen! Jangan siksa aku seperti ini! rengekku.Pak Jansen tidak memperdulikan ucapanku.

Justru ia malah menyibakkan rumput-rumput liar yang menghalangi pintu goa darbaku.Wah, Rin! Indah sekali memiaw kamu. Warnanya merah muda dengan baunya yang semerbak. Oh, sungguh mempesona.

Bagaikan sekuntum mawar merah yang tengah merekah di pagi hari. Pasti kamu merawatnya dengan baik. Oh, Rin! Aku suka sekali dengan memiaw yang seperti ini!Perlahan-lahan Pak Jansen menjulurkan lidahnya dan menyapu permukaan klitorisku.

Terasa kasar, memang. Tapi nikmat!Ayolah, Pak! Ouhh, aku sudah tidak tahan lagi. Aku terus mengemis kepada Pak Jansen. Namun dia terus mempermainkan emosiku. Akhirnya aku mencari inisiatif lain.

Aku mencoba menggerayangi tubuh kekar Pak Jansen sambil mencari-cari buah terong yang menggantung di pangkal pahanya.Dan tidak susah bagiku untuk menemukan buah terong sebesar itu. Dengan lembut dan manja, aku mulai mengocok batang kont*l Pak Jansen di sertai dengan pijatan-pijatan yang membuat beliau merem melek.

Perlahan aku membimbing kont*lnya menuju ke memiawku yang sudah basah. Namun dengan nakal, Pak Jansen hanya menempelkan dan menggesek-gesekkan ujung kepala kont*lnya di atas bibir vaginaku.

Terasa geli, memeng. Tapi sensasi yang aku rasakan terasa begitu nikmat. Belum pernah aku merasakan yang seperti ini.Oh, Pak Jansen! Ayolah.aku udah nggak tahan lagi, cepet masukin dong!Aku sudah tak bisa tahan diperlakukan seperti itu.

Perlahan aku menaikkan pantatku ke atas untuk menyambut kejantanan Pak Jansen yang sudah ngaceng. Kemudian aku menekan pantat Pak Jansen ke bawah supaya kont*l itu bisa masuk dengan sempurna.

Aaarrrghhh! aku menjerit kecil ketika batang kont*l Pak Jansen yang besar itu menembus liang vaginaku. Awalnya terasa seret dan perih, karena ukuran k*ntol Pak Jansen memang besar dan panjang bila dibandingkan dengan milik suamiku.

Namun setelah buah terong itu tertanam beberapa saat di dalam liang vaginaku, rasa perih itu perlahan berubah menjadi rasa nikmat.Perlahan-lahan Pak Jansen mulai mengayunkan pantatnya naik dan turun.

Hooohh.., Pak! Ssstt, enak Pak! aku jadi ngomong tak karuan.Ayo, Rin!Goyangkan juga pan..tatmu! Ooohhh!Aku menuruti kata Pak Jansen. Kucoba untuk mengikuti irama dan gerakan-gerakan nikmat yang dilakukan Pak Jansen.

Gesekan-gesekan halus antara batang kont*l Pak Jansen dengan dinding vaginaku terasa begitu nikmat.Ohhh, Rin! Ya begitu! Terus goyangkan pantatmu! Uuuhh, oohh, yes! Pak Jansen tampak begitu menikmati permainan kami.

Kulihat wajahnya menengadah dengan mata terpejam, seolah meresapi sedotan dari vaginaku. Sesekali dari bibirnya terdengar lenguhan dan desisan kenikmatan. Akupun juga menikmati sodokan-sodokan mantap batang k*ntol Pak Jansen.

Bahkan aku memeluk tubuh kekar Pak Jansen dengan erat. Seolah tak ingin berhenti dari permainan itu. Keringat mengalir deras melalui pori-pori tubuh kami, sehingga dada bidang Pak Jansen yang berbulu lembut tampak mengkilat karena basah oleh keringat.

Aku tidak menyangka, ternyata di usianya yang mencapai setengah abad itu, Pak Jansen masih memiliki stamina yang prima. Sampai-sampai aku kewalahan menghadapi goyangan dan sodokan mautnya.

Hingga akhirnya aku merasakan ada sesuatu yang berdenyut dari dalam rahimku.Ooohh, Pak! Saya, mau ke..luar! Ssshhhtt, Arrhhhggg! Aku tidak kuat lagi menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dalam rahimku.

Namun Pak Jansen masih terus mengayunkan kont*lnya keluar masuk dan menusuk-nusuk goa darbaku. Dan beberapa saat kemudian, aku juga merasakan batang k*ntol Pak Jansen mulai berdenyut-denyut didalam vaginaku.

Sampai akhirnya.Aaaoouuhhh, Rin! Nikmat bangeet! Cairan putih kental menyembur deras dari ujung tongkol Pak Jansen. Pak Jansen pun kemudian menjatuhkan diri ke sisi tubuhku. Nafasnya tampak terengah-engah dan terlihat kecapean.

Cerita sex : Cerita Hot Ngentot Dengan Anak Bungsu Ku Sendiri

Oh, Pak Jansen! Bapak memang benar-benar hebat. Sudah lama saya tidak merasakan nikmat seperti ini. Terima kasih ya Pak! Aku memeluk tubuh Kekar Pak Jansen. Kusandarkan kepalaku di dada bidang Pak Jansen sambil mengelus-elus bulu-bulu lembut yang berbaris rapi sampai ke pangkal pahanya. Dengan lembut pula Pak Jansen membelai rambutku yang sedikit oleh keringat. Ah, ternyata diperkosa itu tidak selamanya tidak enak. Kali ini justru aku mengharapkannya lagi.

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup